Selasa, 21 Maret 2023

BELAJAR LUAR KELAS BIOSAKA SEBAGAI METODE PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

 

BELAJAR LUAR KELAS MENGENAL "BIOSAKA"

SEBAGAI METODE PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN

@hendrotanoyo





Belajar Luar Kelas
Kelas VII SMP Negeri 2 Manyaran Di BPP Kecamatan Pracimantoro
Rabu, 21 Maret 2023



    Biosaka adalah salah satu sistem teknologi terbarukan dalam perkembangan dunia pertanian organik modern yang terbentuk sebagai bioteknologi. Biosaka bukanlah pupuk atau pestisida melainkan elisitor yaitu senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi pada tanaman menjadi lebih baik, memberikan sinyal positif bagi membran sel pada akar sehingga lebih energik dan produktif. Biosaka merupakan penemuan dari seorang pemuda tani bernama Muhammad Ansar dari Blitar, karyanya tersebut sudah tercatat di Kemenhumkam Nomor 000399067

Muhammad Ansar Penemu BIOSAKA


Biosaka diambil dari 2 suku kata yaitu Bio yang artinya Hidup dan Saka singkatan dari Soko Alam Kembali Ke Alam, sehingga Biosaka berarti Bahan aktif yang berasal dari mahluk hidup dalam hal ini tanaman guna menyelamatkan alam dengan cara kembali ke alam.

Manfaat Ramuan Biosaka adalah memperbaiki sel-sel tanaman dan yang terpenting ramuan ini bisa dibuat secara mandiri sehingga dapat menghemat penggunaan pupuk kimia serta meminimalisir serangan hama dan menjadikan lahan yang subur, beberapa pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan Biosaka itu dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida kimia 50 hingga 90% dan meningkatkan jumlah produksi.


Kelebihan Biosaka yaitu:

 

  1. Efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi
  2. Dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen
  3. Proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu
  4. Cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit, cukup 40 ml dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk B. Mluasan 1.000 m2, atau 400 ml untuk 1 ha tanaman padi. “Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7 kali aplikasi
  5. Dapat diterapkan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunan
  6. Dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen, sehingga jauh menghemat biaya produksi
  7. Bahan baku Biosaka juga tersedia setiap saat di lingkungan petani, dimana dan kapanpun
  8. Biaya nol rupiah/gratis petani bisa membuat sendiri
  9. Tidak ada risiko kerugian bagi petani dan tanaman
  10. Tidak beracun
  11. Meminimalisir serangan hama penyakit
  12. Lahan menjadi subur
  13. Umur panen lebih pendek, produktivitas dan produksi lebih bagus. terlepas dari segala kelebihannya Biosaka pun mempunyai kekurangan yaitu tidak dapat diproduksi dengan mesin dan bahan baku yang terus berganti pada saat pembuatan

A.    PEMBUATAN BIOSAKA    

ALAT


  • WADAH ( EMBER )

  • GAYUNG

  • SARINGAN

  • CORONG

  • BOTOL / JIRIGEN 


BAHAN

a.   Air

b. Rumput-rumputan / daun-daunan yang sehat, sempurna, ukuran daun simetris, tidak terkena hama/penyakit, tidak bolong-bolong, tidak jamuran, ujung daun tidak kusam dan warna daun rata. Ambil agak ke pucuk/daun masih hijau, boleh diambil 2-4 daun dengan batangnya yang penting tidak boleh dari daun berlendir 


c. Pilih rumput/daun minimal 7 jenis yang berasal dari sekitar pertanaman, jenis dan warna rumput/daun bebas, tidak harus standar/seragam karena setiap waktu dan tempat bisa berbeda-beda 

d. banyaknya bahan satu genggaman tangan untuk 1 wadah dalam satu kali pembuatan , 5% bahan dan 95% air atau sekitar 2,5 ons bahan rumput / daun dalam 5 liter air.

PROSES PEMBUATAN

 

1.      Peremasan, dimulai dengan berdoa, dilakukan dengan sabar, ikhlas, sepenuh hati dan fokus.

2.      Campurkan bahan dengan air bersih sebanyak 2-5 liter dalam wadah yang sudah disiapkan (tanpa campuran bahan apa pun)

3.      Lakukan peremesan dengan tangan kanan, sementara tangan kiri memegang pangkal bahan. Sekali meremas diikuti sekali memutar/mengaduk air ke kiri. Tangan kanan bergerak memutar air ke kiri (berlawanan arah jarum jam) sambil mengumpulkan bahan yang tercecer sambil tetap meremas


4. Diremas sampai selesai, tidak berhenti, tidak sampai hancur batangnya, tangan tidak boleh diangkat, tetap tangan di dalam air dan tidak berganti orang


5. Ketika meremas tidak boleh pakai blender, mesin, atau ditumbuk tetapi harus menggunakan tangan, karena ada interaksi antara tangan dengan rumput sebagai makhluk hidup.

6. Peremasan dilakukan sampai ramuan homogen (sebenarnya hingga koheren/harmoni), disebut homogen karena menyatu antara air dengan saripati rumput/daun. Untuk mencapai homogen perlu waktu kisaran10-20 menit.

7.      Ciri bahwa biosaka telah homogen yaitu tidak mengendap, tidak timbul gas, tidak ada butiran, bibir permukaan membentuk pola cincin, ramuan biosaka terlihat pekat dan mengkilap, bisa berwarna hijau/biru/ merah sesuai dengan warna rumput/daun yang digunakan. Bagi biosaka homogen yang sempurna bisa disimpan hingga 5 tahun.

8.      Kepekatan ramuan biosaka dapat diukur dengan menggunakan alat Total Disolved Solid (TDS),Mengukur dengan TDS, pada saat sebelum dan setelah diremas, peningkatannya / deltanya minimal 200 ppm, sebaiknya diatas 300 ppm dan untuk menjadi homogen sempurna di atas 500 ppm.

9. Selanjutnya ramuan biosaka disaring menggunakan alat saringan dan dimasukan ke dalam botol/jerigen menggunakan corong.

10.      Ramuan biosaka bisa langsung diaplikasikan dan sisanya dapat disimpan. Wadah ramuan biosaka disimpan di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan anak-anak.



A.    APLIAKSI PENYEMPROTAN

 

  1. Dosis penyemprotan untuk padi dan jagung 40mL/tanki semprot volume 15 liter.
  2. Untuk aneka kacang dan
  3. Untuk padi dan jagung, aplikasi pertama pada umbi 30mL/tanki dan hortikultura 10ml/tanki.Untuk satu ha lahan cukup 3-4 tanki sprayer.umur 7-10 HST dan dilanjutkan 7 kali semusim dengan interval penyemprotan 10-14 hari dan untuk sayuran seminggu sekali.
  4. Penyemprotan dilakukan dengan nozzle kabut di atas pertanaman, minimal 1 meter di atas tanaman, letak posisi nozzle menghadap ke atas, tidak boleh diulang-ulang
  5. Waktu penyemprotan bisa pagi/siang/sore dan sebaiknya pada sore hari saat ada angin sehingga mudah menyemprot ngabut, perhatikan cuaca dan arah menyemprot mengikuti arah angin.
  6. Penyemprotan cukup dari atas galengan dengan stik diperpanjang hingga 2-3 meter
  7. Aplikasi biosaka efektif bila dibuat dan diaplikasikan di lokasi hamparan insitu dari bahan rumput/daun di sekitar. Jarak efektif aplikasi pada lahan radius maksimal 20 km dan untuk lahan yang sudah berat/tidak sehat harus lebih dekat lagi, tidak efektif biosaka diaplikasikan/dikirim antara wilayah karena terkait pengenalan agroekosistem













Minggu, 02 Oktober 2022

Selasa, 12 April 2022

Kehidupan Masyarakat pada Masa Hindu-Buddha

 


@hrndrotanoyo


Sudah bukan hal asing lagi jika budaya dan agama Hindu dan Buddha sudah ada sejak lama di Indonesia. Bahkan, sudah ada sejak abad ke-5 hingga abad ke-15. Datangnya budaya dan agama Hindu dan Buddha menghasilkan sebuah akulturasi budaya dengan budaya Indonesia. Maka dari itu, banyak sekali bangunan bersejarah Indonesia yang bercorak Hindu dan Buddha.

Akulturasi budaya Hindu dan Buddha dengan budaya Indonesia dapat terjadi karena adanya pencampuran budaya tidak menghilangkan budaya asli Indonesia. Bahkan, sampai saat ini banyak sekali ilmuwan dan masyarakat Indonesia yang sangat ingin mengetahui lebih dalam tentang akulturasi budaya ini.

Adanya akulturasi budaya Hindu dan Buddha dengan budaya Indonesia memberikan pengaruh bagi kehidupan masyarakat Indonesia. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang pengaruh Hindu dan Buddha dalam kehidupan masyarakat Indonesia.


Pengaruh Hindu-Buddha bagi Masyarakat Indonesia

Pengaruh Hindu-Buddha dapat kita lihat dari berbagai macam bangunan, karya, atau bahkan hingga aktivitas yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

 

1. Seni Bangunan (Arsitektur)



Catatan sejarah mengatakan bahwa di Indonesia ada banyak kerajaan zaman dulu yang berlatar belakang Hindu dan Buddha. Maka dari itu, ada banyak sekali banguna yang dibangun pada zaman itu bercorak Hindu dan Buddha. Hingga saat ini, beberapa bangunan yang dibangun pada zaman kerajaan Hindu-Buddha masih bisa kita lihat.

Bangunan-bangunan yang dibangun pada kerajaan Hindu-Buddha biasanya berbentuk candi Setiap bangunan candi yang memiliki corak Hindu-Buddha mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Ada bangunan candi yang berfungsi untuk tempat ibadah, pemakaman, dan ada yang sebagai tempat pemandian suci.

Candi yang berfungsi sebagai makam merupakan candi dengan corak Hindu. Sedangkan candi yang berfungsi sebagai tempat ibadah merupakan candi dengan corak Buddha. Jika dilihat dari bangunan dengan corak Hindu-Buddha ini, maka bisa dikatakan bahwa kerajaan Hindu dan kerajaan Buddha sangat berjaya pada masanya.

Pada dasarnya candi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu kaki candi, tubuh candi, dan puncak candi. Kaki candi disebut dengan bhurloka yang berarti alam dunia fana. Tubuh candi disebut dengan bhurwaloka yang berarti alam pembersihan jiwa, dan puncak candi disebut dengan swarloka yang berarti alam jiwa suci. Namun, adanya akulturasi budaya membuat bangunan candi disesuaikan dengan kekhasan dari budaya Indonesia.

Ternyata candi yang berada di Jawa Tengah dengan candi yang berada di Jawa Timur,  mempunyai perbedaan, Candi yang ada pada dua wilayah tersebut memiliki beberapa perbedaan, yaitu:

 

a. Candi di Jawa Tengah

 


Pada umumnya candi yang berada di Jawa Tengah  memiliki bentuk tambun yang dihiasi dengan kalamakara atau wajah raksasa. Hiasan kalamakara umumnya terletak pada pintu masuk candi. Puncak candi yang ada di Jawa Tengah memiliki ciri khas dengan bentuk stupanya dan bahan utamanya berupa batu andesit. Arah dari candi ini mengarah ke timur.

 b. Candi di Jawa Timur


 

Candi yang terletak di Jawa Tengah biasanya memiliki bentuknya lebih ramping dan ada hiasan yang lebih sederhana dibandingkan dengan kalamakara di pintu masuk. Jika candi  di  Jawa Tengah puncak candi berbentuk stupa, maka candi di Jawa Timur berbentuk kubus. Bahan utama dari pembuatan candi di Jawa Timur adalah batu bata. Sementara itu, arah dari candi ini lebih mengarah ke barat.


2. Seni Rupa dan Ukir

Berdasarkan catatan sejarah bahwa masyarakat Indonesia sudah bisa membuat lukisan atau gambar. Kemampuan itu muncul sebelum adanya pengaruh dari budaya Hindu-Buddha. Selain itu, lukisan tertua yang ada di Indonesia terletak di dinding gua di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Bahkan, Dr. Maxime Aubert dari Griffiths Universitas Australia mengatakan bahwa lukisan yang berada di Kabupaten Maros sudah berusia lebih dari 38-40 ribu tahun.

Sebelum masuknya pengaruh Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia sudah memiliki kebiasaan melukis atau menggambar dengan pola yang sangat sederhana. Setelah masuknya pengaruh Hindu-Buddha dalam seni rupa, maka barulah masyarakat Indonesia mengembangkan gambar atau lukisannya dengan motif yang lebih sulit serta dipengaruhi oleh budaya India.

Selain memberikan pengaruh pada seni rupa, Hindu-Buddha juga memberikan pengaruh terhadap seni ukir, patung, relief, dan makara. Bentuk dari seni rupa Hindu-Buddha selalu berkembang pada zamannya, sehingga sangat banyak sekali motif-motifnya.

 

a. Patung


Pada dasarnya masyarakat Indonesia telah mengetahui seni pahatan batu yang sangat besar, seperti menhir dan sarkofagus. Dari pahatan menhir dan sarkofagus, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah memiliki kebiasaan dalam membuat patung dengan bentuk seperti manusia. Biasanya patung yang dibuat oleh masyarakat Indonesia zaman dahulu berfungsi sebagai batu penyembahan.

Seni membuat patung ini semakin berkembang terutama ketika Hindu-Buddha masuk ke Indonesia. Pada masa Hindu, setiap patung yang dibuat diletakkan di candi-candi. Biasanya patung-patung pada zaman ini dibagi menjadi dua bentuk, yaitu trimatra dan setengah trimatra.

 Patung dengan bentuk trimatra memberikan makna dewa, manusia, dan binatang. Maka dari itu, bentuk patung trimatra berada di dalam candi. Dibuatnya patung trimatra berfungsi untuk memberikan penghormatan kepada raja-raja yang sudah meninggal. Sedangkan, patung dengan bentuk setengah trimatra pada umumnya berada di relief-relief candi.

 Sedangkan patung-patung pada zaman Buddha pada umumnya berbentuk Sang Buddha. Patung Sang Buddha biasanya dibuat dengan posisi tangannya yang sedang mengarah ke arah mata angin tertentu.


b. Relief


Relief bisa dikatakan sebagai salah satu unsur yang ada di candi-candi di Indonesia. Relief yang biasa kita lihat berupa gambar-gambar yang timbul yang ada di dinding-dinding candi. Namun, relief-relief yang ada di candi Indonesia selalu memiliki makna-makna berupa ajaran-ajaran agama, kehidupan sehari-hari, dan kisah para dewa.

 Relief yang ada di candi bercorak Hindu umumnya menjelaskan cerita-cerita yang berasal dari kitab suci atau karya sastra. Karya sastra yang digunakan, seperti Mahabharata, Ramayana, Sudamala, Kresnayana, dan Arjunawiwaha. Contoh relief bercorak Hindu yang menceritakan cerita Ramayana bisa kamu lihat di candi Prambanan.

 Sedangkan relief Buddha, biasanya bercerita tentang tentah kisah dan perjalanan hidup Sang Buddha, Sidharta Gautama.

 

c. Makara

Dalam mitologi Hindu-Buddha terdapat makhluk hidup yang bernama Makara. Makara merupakan perwujudan dari seekor binatang laut yang besar dan selalu diidentikkan dengan hiu, buaya, dan lumba-lumba, sehingga sering dijadikan sebagai motif-motif candi.

Adanya motif makara ini, maka bisa dilihat bahwa adanya campuran seni ukir India dengan seni ukir Jawa. Tujuan dibuatnya makara untuk mencegah sifat buruk masuk ke dalam candi dan memberikan tanda bahwa candi ini adalah tempat yang sakral.

 

3. Seni Pertunjukkan

Masuknya pengaruh Hindu-Buddha bukan hanya dapat dilihat dari corak bangunan saja, tetapi kita bisa melihatnya melalui beberapa seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan yang mengalami perkembangan pada zaman Hindu-Buddha, seperti seni wayang, seni tari, dan seni musik.

 a. Seni Wayang

 

Sebelum zaman Hindu-Buddha pertunjukkan seni wayang berfungsi sebagai salah satu bentuk dari upacara pemujaan kepada arwah nenek moyang yang dikenal dengan sebutan Hyang dan kedatangan wayang merupakan bentuk dari arwah nenek moyang tersebut.

 Pada zaman Hindu-Buddha, pertunjukkan wayang dikembangkan sesuai dengan zamannya dengan membawakan cerita-cerita dari India, seperti Ramayana dan Mahabharata. Meskipun berasal dari India, tetapi ada beberapa tokoh dari Indonesia yang muncul dipertujukkan wayang.

b. Seni Tari



Sama halnya dengan seni pertunjukkan wayang, seni tari juga sudah ada sebelum zaman Hindu Buddha masuk. Seni pertunjukkan tari biasanya digunakan untuk mengucapkan terima kasih kepada Sang Pencipta karena sudah diberikan hasil panen yang cukup. Selain itu, pada proses pengangkatan kepala suku biasanya menggunakan seni pertunjukkan tari juga.

Seni pertunjukkan yang disebabkan karena pengaruh dari Hindu-Buddha, sampai saat ini kelestariannya tetapi dijaga dengan baik. Dengan melestarikan seni tari ini menandakan bahwa warisan kebudayaan Indonesia tidak akan mudah hilang. Seni pertunjukkan tari dengan pengaruh Hindu-Buddha bisa dilihat di sendratari Ramayana yang diselenggarakan di candi Prambanan pada saat bulan purnama.

 

c. Seni Musik



Gamelan merupakan salah satu seni pertunjukkan asli yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Hal ini bisa disebabkan karena masyarakat Indonesia sudah beranggapan bahwa pertunjukkan musik gamelan adalah seni musik yang paling tua di Indonesia.

Perkembangan seni musik gamelan ini semakin pesat terutama ketika masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia. Informasi tentang seni musik gamelan ini bisa ditemukan pada relief-relief candi, kitab-kitab, dan karya sastra.

 

4. Seni Sastra dan Aksara





Pada zaman Hindu-Buddha sering dikenal sebagai awal mula munculnya aksara di Indonesia. Aksara tertua yang ada di Indonesia ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur dan terletak pada batu prasasti Yupa. Prasasti Yupa ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Pada awal kemunculan aksara Pallawa digunakan untuk menulis suatu hal di batu prasasti dan di karya sastra. Setelah mengalami berbagai macam perkembangan, maka aksara Pallawa mengalami perkembangan menjadi aksara Hacaraka. Aksara Hanacaraka digunakan untuk menulis aksara Jawa dan Bali.

Dengan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta yang sering digunakan, maka membuat masyarakat tergerak untuk mengembangkan sastra-sastra di daerah. Secara garis besar, setiap karya sastra pada zaman Hindu-Buddha sangat terpengaruh dengan karya sastra Ramayana dan Mahabharata dari India.

Cerita yang berasal dari India dipadupadankan dengan budaya Indonesia, sehingga mengasilkan cerita yang bermakna dan tentunya menarik untuk dibaca. Karya sastra pada zama Hindu-Buddha biasanya berupa kitab yang disusun oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah dengan judul Bharatayudha

 

5. Sistem Kepercayaan

Sistem kepercayaan yang ada pada zaman Hindu-Buddha memiliki tiga unsur yang sangat penting. Pertama, Pada masa praaksara suatu sistem kepercayaan bersumber dari kelompok masyarakat atau kepala suku yang ditandai dengan adanya sebuah ritual. Ritual-ritual ini dipercaya sebagai bentuk penghormatan kepada dewa-dewa.

 Kedua, adanya kepercayaan pada benda-benda pusaka yang dianggap mempunyai kekuatan magis didalamnya. Pada zaman Hindu-Buddha kepercayaan pada benda-benda pusaka sangat kental, sehingga banyak masyarakat yang percaya akan kekuatan yang ada di dalam benda pusaka tersebut.

Ketiga, pada zaman Hindu-Buddha pemimpin agama selalu mendapatkan tempat terpandang di lingkungan masyarakat. Selain itu, pemimpin agama sangat dihormati oleh masyarakat.

 Dari ketiga fakta sejarah tersebut, maka dapat dikatakan bahwa adanya pengaruh Hindu-Buddha tidak menghilangkan kepercayaan asli masyarakat Indonesia. Bahkan, perkembangan agama Hindu-Buddha bisa dibilang memadukan kepercayaan asli atau kepercayaan lokal yang sudah ada sebelumnya.

6. Sistem Sosial Kemasyarakatan

Pada sistem sosial kemasyarakatan Hindu-Buddha peran dan fungsi sosial anggota masyarakat dikelompokkan berdasarkan tingkat derajatnya.

 a. Brahmana

Pada tingkatan ini, seseorang akan memiliki peran untuk menjadi penasihat raja dan pendidik agama.

 b. Kesatria

Pada tingkatan ini, seseorang akan menjadi penyelenggara dan penata sistem pemerintahan yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan kerajaan. Kesatri juga berperan sebagai pembela kerajaan, seperti pembantu raja dan tentara.

 c. Waisya

Pada tingkatan ini, seseorang dikategorikan sebagai masyarakat biasa yang memiliki profesi, seperti pedagang, petani, nelayan, dan pelaku seni.

 

d. Sudra

Pada tingkatan ini, seseorang sudah dikategorikan sebagai masyarakat yang memiliki derajat paling rendah. Biasaya seseorang yang mendapatkan tingkatan sudra, seperti pekerja rendah, buruh, budak, dan pembantu.

 7. Sistem Pemerintahan

Sebelum masuknya Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia menganut sistem pemerintahan berupa pemimpin suatu kelompok atau kepala suku. Pada sistem pemerintahan kepala suku, setiap pemimpin yang dipilih berdasarkan siapa yang paling berpengaruh pada kelompok tersebut.

Namun, setelah masuknya Hindu-Buddha sistem pemerintahan kesukuan berubah menjadi sistem kerajaan. Pemimpin dari suatu kelompok masyarakat berada di tangan seorang raja. Seorang raja mempunyai hak untuk mewariskan tahtanya secara turun-temurun.

Pada sistem kerajaan ini, para dukun diangkat menjadi penasihat dan memiliki gelar brahmana serta posisinya berada di bawah raja. Sementara itu, kedudukan rakyat tetap sebagai waisya dan para budak tetap berada di posisinya yaitu sebagai sudra.


8. Sistem Kalender



Pada zaman praaksara, masyarakat selalu menghitung hari menggunakan ilmu astronomi. Ilmu astronomi dipercaya dapat menentukan arah mata angin terutama saat melakukan pelayaran. Bahkan, dalam menentukan waktu panen juga menggunakan ilmu astronomi.

Akan tetapi, masuknya Hindu-Buddha ke Indonesia memberikan pengaruh terhadap masyarakat Indonesia berupa perhitungan waktu berdasarkan penanggalan tahun Saka. Kalender tahun Saka memiliki jumlah hari yang terdiri atas 365 hari. Sedangkan tahun Saka dengan tahun Masehi memiliki selisih tahun, yaitu 78 tahun.

 

Jalur Masuk Hindu-Buddha



Pengaruh Hindu-Buddha masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan dan dibawa oleh pedagang dan pendeta yang berasal dari India dan Tiongkok. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha melalui dua jenis jalur perdagangan yaitu jalur darat dan jalur laut

1. Jalur Darat

Jalur darat menjadi jalur dibawanya Hindu-Buddha ke Indonesia, sehingga ketika di Indonesia terjadi akulturasi budaya. Jalur darat ini dibuat oleh para pedagang melalui rute jalur sutra. Rute jalur ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu rute jalur sutra utara dan rute jalur sutra selatan.

Rute jalur sutra utara dimulai dari India menuju ke Tibet, kemudian mengarah ke utara hingga sampai di Tiongkok, Korea, dan Jepang.

Sementara itu, rute jalur sutra dimulai dari India Utara menuju ke Bangladesh, kemudian mengarah ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, dan mengarah ke Indonesia.

 2. Jalur Laut

Selain lewat jalur darat, penyebaran Hindu-Buddha melalui jalur laut. Jalur laut ini sangat identik dengan rombongan kapal pedagang dan biasanya rute perjalanan jalur laut dimulai dari India, kemudian ke Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, dan pemberhentian terakhir di wilayah Indonesia.



@hendrotanoyo






Selasa, 25 Januari 2022



GURU TIDAK DIGITAL, TERGILAS ZAMAN NOW

Sapto Budi Hendrotanoyo, S.Pd.

Guru SMP Negeri 2 Manyaran

 

Mengingat kembali pernyataan Dirjen GTK kemdikbud  Supriano yang mengatakan bahwa guru  tidak hanya bertugas untuk mentransfer ilmu kepada peserta didiknya namun tugas guru sebagai pendidik adalah menanamkan nilai-nilai dasar pengembangan karakter peserta didik dalam kehidupannya, termasuk pemanfaatan kemajuan teknologi informasi, (HGN,26/11/2018). Dari pernyataan tersebut untuk pengembangan dalam meningkatkan kemampuan serta kualitas Sumber Daya Manusia dalam hal ini adalah  pendidik maka diperlukan Kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh, unggul, kreatif, inovatif dan berdaya saing tinggi serta memiliki nilai-nilai karakter yang baik. Kualitas, profesionalisme dan cerdas IT seorang pendidik merupakan aset yang sangat penting bagi kehidupan dalam upaya  menghadapi revolusi industri 4.0 atau making Indonesia 4.0.

Pandangan yang beragam tentang MSDM, Schuler, Dowling, Smart dan Huber (1992: 16), menyatakan bahwa: Human resources management (HRM) is the recognition of the importance of an organization’s workforce as vital human resources contributing to the goals of the organization, and the utilization of several functions and activities to ensure that they are used effectively and fairly for the benefit of the individual the organization, and society. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa manajemen sumber daya manusia memberikan pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja pada suatu lembaga /organisasi sebagai sumber daya manusia utama yang memberi kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi sekolah serta memberikan kepastian bahwa pelaksanaan fungsi dan kegiatan organisasi dilaksanakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi.

Selain iu dalam menghadapai era revolusi industri, guru dituntut untuk benar-benar mampu mengembangkan kompetensi 4C plus N (creative, collaborative, communicatif, critical thinking/problem solving dan Networking), berpikir tingkat Tinggi, memberikan penguatan pendidikan karakter, mengimplementasikan literasi dalam pembelajaran, memiliki kemapuan memanfaatkan teknologi informatika, memanfaatkan aplikasi android serta memahami strategi learning management system dalam proses pembelajaran. Literasi yang dimaksud di era revolusi indistri 4.0 adalah literasi baru disamping literasi lama yang hanya calistung (baca tulis hitung).  Literasi baru meliputi literasi data (digital) yaitu Kemampuan  yang tidak hnya membaca tetapi mampu menganalis  dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital, literasi teknologi yaitu memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (Coding, Artificial Intelligence, & Engineering Principles) dan  literasi manusia bertujuan agar manusia bisa berfungsi dengan baik di lingkungan manusia seperti Humanities, Komunikasi, & Desain.

Seperti kutipan dalam  (British Journal of Educational Technology Vol 36 No 5 2005: 801): “Students were most comfortable, and found the most purpose for using computers and the Internet, for independent work such as submitting assignments, conducting searches, and retrieving course content. Literasi.  Seorang guru perlu mencari metoda atau strategi untuk mengembangkan kapasitas kognitif  peserta didik: higher order mental skills, berpikir kritis & sistemik: amat penting untuk bertahan di era revolusi industri 4.0. Literasi manusia menjadi bagian dari General Education yang harus dikuasai peserta didik. Guru harus mampu menerapkan Literasi digital (data) & teknologi pada mata pelajaran yang mampu membawa siswa dapat Berpikir kritis, sistemik, lateral dan  tingkat tinggi sehingga menghasilkan jiwa Entrepreneurship (termasuk social entrepreneurship) yang  merupakan kapasitas dasar yang harus dimiliki oleh semua peserta didik. Disamping itu guru harus mampu membekali peserta didik untuk memiliki keterampilan kepemimpinan (leadership) dan mampu bekerja dalam tim (team work), serta memiliki Kelincahan dan kematangan budaya (Cultural Agility).

    Salah satu tokoh terkenal yakni Gilster (1997:1-2) yang mendefinisikan literasi digital sebagai suatu kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital. Jadi bukan hanya mencakup kemampuan membaca, namun dibutuhkan pula suatu proses berpikir secara kritis untuk melakukan evaluasi terhadap informasi yang ditemukan melalui media digital dan menjelaskan bahwa selain seni berpikir kritis, kompetensi yang dibutuhkan yakni mempelajarbagaimana  menyusun pengetahuan,  serta membangun sekumpulan informasi yang dapat  diandalkan dari beberapa  sumber  yang berbeda. Kompetensi literasi digital berguna untuk menghadapi informasi dari berbagai sumber digital yang terus berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan kompetensi sebagai dampak dari fenomena konvergensi media.