LAPORAN BELAJAR LUAR KELAS
MUSIUM SANGIRAN DAN KERATON
SURAKARTA
Disusun
Oleh :
NAMA :
NIS :
KELAS : VIII E
SMP NEGERI 2 MANYARAN KABUPATEN
WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
1.
Pendahuluan
Pada hari selasa tanggal 3 Nopember 2016 Sekolah kami mengadakan
program Belajar Luar Kelas yang hanya diikuti oleh semua
siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Manyaran. bersama bapak dan ibu guru
pembimbing kami pagi-pagi sekali berangkat dari halaman sekolah menuju
musium purbakala Sangiran dengan naik bus dengan penuh keceriaan besama
dan dengan penuh semangat pula karena pada kesempatan itu para siswa dan
siswi tidak hanya belajar membaca dan memahami pelajaran IPS namun kami bisa
melihat mempelajari dan praktek secara langsung tentang penemuan
Fosil-fosil purbakala yang disimpan di Musium Purbakala Sangiran.
Kami
berangkat dari SMP 2 Manyaran pada pukul 07.00 WIB. Untuk menuju Sangiran pasti
ada jalan yang kita lewati untuk kesana. Oh ya kita kesana bukan
untuk rekreasi loh, tapi kita kesana untuk melakukan program Belajar Luar Kelas
dari sekolah kita.
Dengan
harapan dari program yang diberikan dari SMP Negeri 2 Manyaran ini benar-benar
memberikan edukasi dan pengetahuan tentang penemuan benda purbakala di
Indonesia yang telah mendapat pengakuan
Maksud
dan Tujuan SMP Negeri 2 Manyaran Melakukan Belajar Luar Kelas
-
Maksud SMP N 2 Manyaran mengadakann Belajar Luar Kelas
diantaranya adalah :
- Untuk menberi penjelasan kepada Siswa kelas VIII E tentang peradapan manusia purba pada masa lampau.
- Belajar lebih mendalam pada materi Pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Manyaran.
-
Tujuannya antara lain sebagai berikut :
- Learning by doing yaitu belajar sambil praktek jadi Sekolah memiliki Program pembelajaran yang baik yaitu memberikan bekal kepada siswa agar benar-benar mengetahui sejarah penemuan fosil bersejarah secara langsung yang berada di Sangiran Jawa Tengah.
- Dalam belajar mengajar di sekolah tidak hanya menjelaskan dengan materi tapi juga dengan prektek
- Menghindari kejenuhan belajar karena akan persiapan Test Semester.
- Untuk meningkatkan kemampuan akademis siswa agar bisa kompetitif dengan sekolah lain
- Bisa memberikan Kesimpulan setelah melakukan pengamatan dan Belajar Luar Kelas di Sangiran.
Hasil
Laporan Belajar Luar Kelas Dari Sangiran
Secara
administratif Sangiran terletak di kabupaten Sragen dan kabupaten
Karanganyar di Jawa Tengah. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh
Mendikbud Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun 1996 situs
ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
Tahun 1934
Antropolog Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald memulai penelitian di
area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari
nenek moyang manusia pertama, Phitecanthropus erectus (“Manusia
Jawa”).
Ada
sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Megantrophus Palaeojavanicus telah
ditemukan di situs tersebut.
Di Nusium
Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba
sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari
kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Dan di museum ini terdapat
13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri
tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan
bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta
alat-alat batu.
Pada
awalnya penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakanKubah Sangiran.
Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses erosi sehingga membentuk
depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung
informasi tentang kehidupan pada masa lampau. Sangiran mencakup beberapa
lapisan tanah/formasi tanah.
Yang tertua adalah formasi “kalibeng”
formasi ini diperkirakan berumur 3 juta – 1,8 juta tahun yang lalu. Pada
formasi ini terdiri atas 4 lapisan yaitu lapisan bawah merupakan endapan laut
dalam dengan ketebalan lapisan ini 107 meter.
Sangiran,
telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu World Heritage Site. Di situs
ini ditemukan ribuan fosil yang jumlahnya hampir separo dari seluruh fosil
manusia purba di dunia. Ke Sangiran, Anda seolah dibawa kembali ke masa ribuan
tahun lalu.
Puluhan kios berjajar di depan
museum, tempat para penduduk setempat menjual suvenir dan cinderamata khas
peninggalan pra sejarah, mulai dari benda-benda yang diklaim sebagai tulang dan
gigi manusia ataupun hewan purba, patung-patung dari tanah endapan dengan serat
daun tumbuhan purba, hingga aneka kalung, gelang dan perhiasan dari batu-batu
kali dan kayu fosil. Terdapat juga gardu pandang dimana kita bisa menikmati
pemandangan hampir seluruh area situs Sangiran.
Sejarah
Penemuan Manusia Purba
Buku
diawali dengan penjelasan tentang Gejolak Teori Evolusi Di Akhir Abad ke-19
dari cerita tentang Charles Darwin, sang pembentuk teori evolusi 1859,
kontroversi di seputarnya, para pembela dan penyerangnya, dan terakhir
diceritakan tentang Eugene Dubois, dokter Belanda yang terobsesi dengan teori
Darwin lalu datang ke Indonesia, mengembara ke Sumatra lalu Jawa.
Akhirnya
pada tahun 1891-1892 ia menemukan di Trinil, Ngawi apa yang diyakininya sebagai
missing link antara kera dan manusia : fosil batok kepala, gigi dan tulang paha
kiri -ketiganya membuat Dubois menyimpulkan bahwa ketiga ex fragmen yang
ditemukannya itu milik suatu makhluk bukan kera bukan manusia.
Bukan
kera karena ketika diukur volume otaknya 900 cc (otak kera paling maju -simpanse
600 cc; otak manusia 1200 cc), lalu tulang pahanya menunjukkan bahwa sang
empunyanya berjalan tegak (tentu saja Dubois tahu sebab ia seorang dokter ahli
anatomi). Maka dua kata diberikannya untuk penemuan ini : Pithecanthrous
erectus -manusia seperti kera (atau kera seperti manusia) yang berjalan tegak.
Cocoklah ia sebagai missing link di antara kera dan manusia.
Pada
tahun 1980-an, nama genus Pithecanthropus diubah menjadi Homo, genus yang sama
dengan manusia modern.
Teory
Evolusi
Charles
Darwin meninggal pada 1882, ia tak menyaksikan penemuan-penemuan fosil-fosil di
sekeliling hominid (makhluk mirip manusia) yang menunjukkan apa yang digagas
Darwin mungkin benar : evolusi. Fosil-fosil yang ditemukan Dubois dan banyak
ahli lainnya pada abad ke-20 telah dapat menunjukkan bahwa telah terjadi
evolusi dari hominid paling primitif ke hominid paling modern dan mungkin juga
manusia modern. Bahwa teori evolusi menimbulkan kontroversi yang besar saat
Darwin hidup tentu salah satunya karena bukti-bukti fosil saat itu belum
ditemukan. Meskipun bukti2 fosil telah sedemikian terang menunjukkan bahwa
evolusi adalah fakta, sampai sekarang pun masih terjadi pro dan kontra evolusi
itu. “Peperangan” menjadi lebih seru lagi ketika kaum kreasionis Kristen maupun
Islam maju serentak menyerang para evolusionis.
Di Musium
Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba
sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari
kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah.
Di
museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs
manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat
ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan,
fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu
Ruang
pameran yang pertama berada di dalam sebuah gua besar yang kemudian dibangun
berdinding beton dan berisi gambar-gambar tentang bagaimana bumi terbentuk,
fosil gigi dan tengkorak purba, tulang-tulang hewan purba, serta diorama
evolusi manusia dan diorama contoh aktifitas manusia purba.
Di
ruang pameran kedua ini pengunjung bisa melihat berbagai jenis tengkorak
manusia purba dari berbagai jaman dan tempat, tulang paha mammoth, tengkorak
kerbau purba, berbagai jenis senjata, batu-batu fosil, dan lain sebagainya
Manusia
Praaksara di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) di
sebut manusi purba. Tanah air kita sudah dihuni manusia
sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di
Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Ada
beberapa jenis manusia purba yang di temukan di wilayah Indonesia adalah
sebagai berikut :
- Meganthropus Paleojavanicus (manusia besar dan tertua di pulau jawa)
Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan pada tahun 1941oleh Koenigswald di
Sangiran (Sragen) daerah Surakarta Jawa Tengah.Fosil yang ditemukan adalah
berupa rahang atas dan gigi lepas. Manusia ini hidup sezaman
dengan Pithecanthropus Mojokertensis namun tingkatan kehidupannya lebih
primitif. Dengan metode statigrafi, Fosil Meganthropus Paleojavanicus berada
di lapisan puncangan yang diperkirakan berumur + 1-2 juta tahun yang
lalu. Ciri-ciri dari manusiapurba Meganthropus Paleojavanicus adalah
sebagai berikut : tulang pipi tebal, badan tegap, tonjolan kening mencolok,
tida
- 1. Pithecanthropus
Pithecanthropus memiliki
ciri-ciri sebagai berikut : hidung besar, tidak berdagu, tonjolan kening
tebal melitang sepanjang pelipis.Jenis makanannyaadalah
tumbuh-tumbuhan dan daging binatang buruan.Bentuk tubuh dan wajahnya =
berbeda dengan manusia sekarang.Tingkat kehidupannya = masih primitif. Hidup
dalam kelompok-kelompok dan selalu berpindah-pindah (nomaden).Alat-alat
yang digunakan = terbuat dari dari batu kasar (kapak
perimbas, kapak genggam dan alat serpih)Tinggi Badan = 165 – 180cm.Volume
otak = 750 – 1300 cc dan belum mengenal api. Metode Stratigrafi fosil
Pithecanthropus ditemukan di lapisan puncak dan Kabuh. Diperkirakan jenis
manusia ini hidup antara 1 juta 600.000, tahun yang lalu. Pada jaman Paleolithikum
(jaman batu tua). untuk gigi, rahang besar dan kuat,jenis makanan
tunbuh-tunbuhan.
Adapun
jenis –jenis Pithecanthropus antara lain ;
- A. Pithecanthropus Erektus (Manusia kera berjalan tegak)
Fosil ini ditemukan tahun 1890 oleh Eugene Dobois di
desa Trinil ( Ngawi, Jawa Timur). Temuanya berupa tulang rahang
bagian atas tengkorak, gerakan dan tulang kaki tubuh Pithecanthropus
Erektus lebih maju.
- B. Pithecanthropus Soloensis (Manusia kera dari solo)
Ditemukan pada tahun 1931 -1933. Oleh Koenigswald dan
Oppennorth di daerah Ngandong dan Sangiran. Di tepi bengawan Solo. Hasil
temuanya = tulang kering dan tengkorak.
- 2. Homo
Homo itu manusia yang jenisnya lebih sempurna dan lebih muda
di banding kedua manusia purba yang lain. Ciri-cirinya adalah sudah berdagu,
tonjolan kening sudah berkurang. Dan tingkat kecerdasanya lebih tinggi di
banding Pithecanthropus. Telah mengenal pertanian dan
berladang tapi hidupnya masih berpindah-pindah. Hidup menetap dalam waktu agak
lama kira2 tiga waktu masa panen dan berpindah lagi. Alat-alat yang dipakai =
batu yang diaasah lebih halus seperti beliung persegi, kapak lonjong dan
pemukul kayu. Hidup kira2 = 40.000 tahun yang lalu.cm. Tinggi badan = 130
– 210. Volume otaknya = 1350 – 1450 cc. Kebutuhan makanan = sudah
dihasilkan sendiri (food pruducing).
Adapun jenis jenis manusia Homo yang ditemukan di Indonesia
adalah sebagai berikut :
- Homo Soloensis ( Manusia dari Solo)
Fosil ini ditemukan pada tahun 1931 – 1934 oleh Von
Koenigswald dan Wedenreich di desa Ngadong lebah Bengawan Solo. Fosilnya berupa
tengkorak menurut penelitian terrnyata Homo Soloensis tingkatanya lebih tinggi
di banding Pithecanthropus Erektus.
2.
Homo Wajakensis
Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di
desa Wajak( Tulung Agung) Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tulang
tengkorak, rahang atas dan rahang bawah tulang pah dan tulang kering. Homo
Wajakensis golongan homo Sapiens kelompok manusia purba maju dan
terakhir. Dan ini membuktikan bahwa Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu
sudah didiami manusia sejenis Homo Sapiens.
Penutup
Dengan
Belajar Luar Kelas kami bisa membuat kesimpulan bahwa Situs Manusia Purba
Sangiran berawal ketika pada tahun 1930an seorang antropologis Jerman bernama
Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil-fosil manusia purba di
Sangiran. Penemuan fosil-fosil dalam penggalian dan penelitian ini menguatkan
teori adanya evolusi manusia dari manusia kera hingga menjadi manusia seperti
saat ini.
Paling
tidak ditemukan fosil dari 5 jenis manusia purba yang berbeda. Penemuan ini
sangat mencengangkan dan menjadi kunci utama dalam perkembangan teori evolusi
manusia. Sangiran menjadi situs yang menyumbangkan hampir 50% dari penemuan
fosil manusia pra sejarah di dunia.
Darwin
memang tidak pernah menyebut langsung bahwa “ Manusia berevolusi dari kera”
tetapi tidak salah jika sebagian orang menerjemahkan seperti itu. Darwin
meyakini bahwa semua mahkluk hidup berasal dari satu sel purba nenek moyang
kita dan kemudian berevolusi secara fisik mnuju bentuk yang semakin sempurna
artinya bahwa semua mahkluk hidup yang paling sempurna merupakan hasil evolusi
dari mahkluk lain.
Ini
yang menjadikan sebuah kontroversi dan tidak bisa diterima oleh semua pihak,
karena ada anggapan Bhwa setiap mahkluk hidup adalah spesial diciptakan secara
khusus oleh Tuhan dan dengan perlakuan yang istimewa. Dan hingga saat ini teory
Darwin atau yang di kenal dengan teory evolusi bisa dibuktikan dengan
penemuan-penemuan Fosil purbakala di Sangiran.
LAPORAN BELAJAR LUAR KELAS
MUSIUM SANGIRAN DAN KERATON
SURAKARTA
Disusun
Oleh :
NAMA :
NIS :
KELAS : VIII E
SMP NEGERI 2 MANYARAN KABUPATEN
WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
BELAJAR LUAR KELAS STUDI PRA SEJARAH DI SANGIRAN
KELAS VIII E SMP N 2 MANYARAN
Dalam upaya untuk lebih
mendalami materi IPS sejarah khususnya tentang kehidupan masa prasejarah, Kelas
VIII E SMP N 2 Manyaran pada
tanggal 3 November 2013 mengadakan kegiatan Studi Kehidupan Prasejarah
dengan lokasi studi di Situs Purbakala Sangiran. Kegiatan yang
diikuti oleh 27 siswa/siswi kelas VIII E ini, menurut Bp. Sapto Budi Hendro
T,S.Pd, selaku guru IPS sekaligus Pembimbing kegiatan ini, adalah wujud dari
konsep pembelajaran kolaboratif karena dalam kegiatan ini juga melibatkan guru Bahasa
Jawa yang diwakili Ibu Endang Wijayanti,SS.
Sehingga siswa akan memiliki
pengalaman baru yaitu pendalaman materi di sekolah dengan mengunjungi langsung
obyek yang terkait dengan materi pelajaran IPS. Dalam kegiatan ini, siswa wajib
membuat laporan yang harus dikumpulkan kepada guru IPS, sebagai bentuk
pertanggungjawaban kegiatan yang telah dilaksanakan. Laporan ini sebagai salah
satu penilaian psikomotor siswa dalam bentuk portofolio.
Berangkat dari kampus SMP N 2
Manyaran pukul 07.00 dipimpin oleh Bp.Sunardi,S.Pd, para siswa
memulai pengembaraan menyibak misteri yang tersimpan di Situs Sangiran.
Perjalanan menuju lokasi merupakan pengalaman yang sungguh luar biasa karena di
kanan kiri jalan yang dilewati penuh dengan hamparan persawahan. Setelah
melewati proses standar sebelum masuk Sangiran, para siswa dengan dipandu oleh
petugas dari Situs Sangiran, mulai menyusuri lorong-demi lorong ruangan Museum
Sangiran dan melihat banyak informasi yang berhubungan dengan kehidupan masa
prasejarah, khususnya yang ada di Sangiran. Konon, Sangiran adalah pusat
kegiatan manusia purba dan biasanya akan menghasilkan banyak peninggalan. Di
Sangiran jugalah Von Koeningswald menemukan fosil Megantropus
Paleojavanicus ( Man of Java) tahun 1941, yang
menghebohkan dunia karena fosil ini adalah fosil manusia purba tertua di Jawa.
Setelah puas dengan melihat-lihat koleksi Museum
Sangiran, para siswa di ajak untuk melihat langsung di lapangan lokasi-lokasi
penemuan fosil manusia purba. Di sekitar Museum Sangiran sering sekali
ditemukan fosil-fosil purba, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Menurut Bp.Sapto
Budi Hendro T,S.Pd, Sangiran dulu adalah daerah laut yang di pinggir-pinggir
pantainya bayak dihuni oleh manusia purba. Karena terjadinya proses
pengangkatan laut menjadi daratan ( sering disebut Proses Regresi
), maka jadilah wilayah Sangiran yang sekarang. Bukti bahwa Sangiran adalah
lautan bisa terlihat dari banyaknya sampah kerang-kerang laut di sekitar
pemukiman penduduk. Sungguh suatu pengalaman yang luar biasa bagi siswa
khususnya untuk pendalaman materi sejarah dan geografi. Semoga dengan kegiatan
ini, siswa lebih peduli lagi dengan keberadaan situs-situs sejarah yang ada di
sekitarnya sekaligus ikut menjaga keberlangsungannya sebagai warisan bagi
generasi berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar