Senin, 13 Februari 2017

LAPORAN BELAJAR LUAR KELAS MUSIUM SANGIRAN DAN KERATON SURAKARTA





LAPORAN BELAJAR LUAR KELAS
MUSIUM SANGIRAN DAN KERATON SURAKARTA
  
Disusun Oleh       :
NAMA                 :        
NIS                       :        
KELAS                :         VIII  E


SMP NEGERI 2 MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016



1.   Pendahuluan
          Pada hari selasa  tanggal 3 Nopember 2016  Sekolah kami mengadakan program Belajar Luar Kelas yang hanya diikuti oleh   semua siswa  kelas VIII E SMP Negeri 2 Manyaran. bersama bapak dan ibu guru pembimbing kami pagi-pagi sekali berangkat dari halaman sekolah  menuju musium purbakala Sangiran dengan naik bus dengan penuh keceriaan  besama  dan dengan penuh semangat pula karena pada kesempatan itu para siswa dan siswi tidak hanya belajar membaca dan memahami pelajaran IPS namun kami bisa melihat  mempelajari dan praktek  secara langsung tentang penemuan Fosil-fosil purbakala yang disimpan  di Musium Purbakala Sangiran.
Kami berangkat dari SMP 2 Manyaran pada pukul 07.00 WIB. Untuk menuju Sangiran pasti ada jalan yang kita lewati untuk kesana.  Oh ya  kita kesana bukan untuk rekreasi loh, tapi kita kesana untuk melakukan program Belajar Luar Kelas dari sekolah kita. 
Dengan harapan dari program yang diberikan dari SMP Negeri 2 Manyaran ini benar-benar memberikan edukasi dan pengetahuan tentang penemuan benda purbakala di Indonesia yang telah mendapat pengakuan
Maksud dan Tujuan SMP Negeri  2 Manyaran Melakukan Belajar Luar Kelas

-        Maksud SMP N 2 Manyaran mengadakann  Belajar Luar Kelas  diantaranya adalah :
  1. Untuk menberi penjelasan kepada Siswa kelas VIII E  tentang peradapan manusia purba pada masa lampau.
  2. Belajar lebih mendalam pada materi Pelajaran IPS  kelas VIII SMP Negeri 2 Manyaran.
 -        Tujuannya antara lain sebagai berikut : 
  1. Learning by doing yaitu belajar sambil praktek jadi Sekolah memiliki Program pembelajaran yang baik yaitu memberikan bekal kepada siswa agar benar-benar mengetahui sejarah penemuan fosil bersejarah secara langsung  yang berada di Sangiran Jawa Tengah.
  2. Dalam belajar mengajar di sekolah  tidak hanya menjelaskan dengan materi tapi juga dengan prektek
  3. Menghindari kejenuhan belajar karena akan persiapan Test Semester.
  4. Untuk meningkatkan kemampuan akademis siswa agar bisa kompetitif dengan sekolah lain
  5. Bisa memberikan Kesimpulan setelah melakukan pengamatan dan Belajar Luar Kelas di Sangiran.
 Hasil Laporan  Belajar Luar Kelas  Dari Sangiran
Secara administratif Sangiran terletak di kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah. Pada tahun 1977  Sangiran ditetapkan oleh Mendikbud Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun 1996 situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
Tahun 1934 Antropolog Gustav Heinrich Ralph Von Koenigswald  memulai penelitian di area tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya, hasil penggalian menemukan fosil dari nenek moyang manusia pertama, Phitecanthropus erectus (“Manusia Jawa”).
Ada sekitar 60 lebih fosil lainnya di antaranya fosil Megantrophus Palaeojavanicus telah ditemukan di situs tersebut.
Di Nusium Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Dan di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu.
Pada awalnya penelitian Sangiran adalah sebuah kubah yang dinamakanKubah Sangiran. Puncak kubah ini kemudian terbuka melalui proses erosi sehingga membentuk depresi. Pada depresi itulah dapat ditemukan lapisan tanah yang mengandung informasi tentang kehidupan pada masa lampau. Sangiran mencakup beberapa lapisan tanah/formasi tanah.
            Yang tertua adalah formasi “kalibeng” formasi ini diperkirakan berumur 3 juta – 1,8 juta tahun yang lalu. Pada formasi ini terdiri atas 4 lapisan yaitu lapisan bawah merupakan endapan laut dalam dengan ketebalan lapisan ini 107 meter.
Sangiran, telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai salah satu World Heritage Site. Di situs ini ditemukan ribuan fosil yang jumlahnya hampir separo dari seluruh fosil manusia purba di dunia. Ke Sangiran, Anda seolah dibawa kembali ke masa ribuan tahun lalu.
            Puluhan kios berjajar di depan museum, tempat para penduduk setempat menjual suvenir dan cinderamata khas peninggalan pra sejarah, mulai dari benda-benda yang diklaim sebagai tulang dan gigi manusia ataupun hewan purba, patung-patung dari tanah endapan dengan serat daun tumbuhan purba, hingga aneka kalung, gelang dan perhiasan dari batu-batu kali dan kayu fosil. Terdapat juga gardu pandang dimana kita bisa menikmati pemandangan hampir seluruh area situs Sangiran.
 Sejarah Penemuan Manusia Purba
Buku diawali dengan penjelasan tentang Gejolak Teori Evolusi Di Akhir Abad ke-19 dari cerita tentang Charles Darwin, sang pembentuk teori evolusi 1859, kontroversi di seputarnya, para pembela dan penyerangnya, dan terakhir diceritakan tentang Eugene Dubois, dokter Belanda yang terobsesi dengan teori Darwin lalu datang ke Indonesia, mengembara ke Sumatra lalu Jawa.
Akhirnya pada tahun 1891-1892 ia menemukan di Trinil, Ngawi apa yang diyakininya sebagai missing link antara kera dan manusia : fosil batok kepala, gigi dan tulang paha kiri -ketiganya membuat Dubois menyimpulkan bahwa ketiga ex fragmen yang ditemukannya itu milik suatu makhluk bukan kera bukan manusia.
Bukan kera karena ketika diukur volume otaknya 900 cc (otak kera paling maju -simpanse 600 cc; otak manusia 1200 cc), lalu tulang pahanya menunjukkan bahwa sang empunyanya berjalan tegak (tentu saja Dubois tahu sebab ia seorang dokter ahli anatomi). Maka dua kata diberikannya untuk penemuan ini : Pithecanthrous erectus -manusia seperti kera (atau kera seperti manusia) yang berjalan tegak. Cocoklah ia sebagai missing link di antara kera dan manusia.
Pada tahun 1980-an, nama genus Pithecanthropus diubah menjadi Homo, genus yang sama dengan manusia modern.
 Teory Evolusi
Charles Darwin meninggal pada 1882, ia tak menyaksikan penemuan-penemuan fosil-fosil di sekeliling hominid (makhluk mirip manusia) yang menunjukkan apa yang digagas Darwin mungkin benar : evolusi. Fosil-fosil yang ditemukan Dubois dan banyak ahli lainnya pada abad ke-20 telah dapat menunjukkan bahwa telah terjadi evolusi dari hominid paling primitif ke hominid paling modern dan mungkin juga manusia modern. Bahwa teori evolusi menimbulkan kontroversi yang besar saat Darwin hidup tentu salah satunya karena bukti-bukti fosil saat itu belum ditemukan. Meskipun bukti2 fosil telah sedemikian terang menunjukkan bahwa evolusi adalah fakta, sampai sekarang pun masih terjadi pro dan kontra evolusi itu. “Peperangan” menjadi lebih seru lagi ketika kaum kreasionis Kristen maupun Islam maju serentak menyerang para evolusionis.

Di Musium Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah.
Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu
Ruang pameran yang pertama berada di dalam sebuah gua besar yang kemudian dibangun berdinding beton dan berisi gambar-gambar tentang bagaimana bumi terbentuk, fosil gigi dan tengkorak purba, tulang-tulang hewan purba, serta diorama evolusi manusia dan diorama contoh aktifitas manusia purba.
Di ruang pameran kedua ini pengunjung bisa melihat berbagai jenis tengkorak manusia purba dari berbagai jaman dan tempat, tulang paha mammoth, tengkorak kerbau purba, berbagai jenis senjata, batu-batu fosil, dan lain sebagainya
 Manusia Praaksara di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) di sebut manusi purba.  Tanah air kita sudah dihuni manusia sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Ada beberapa jenis manusia purba yang di temukan di wilayah Indonesia adalah sebagai berikut :          
  1. Meganthropus Paleojavanicus (manusia besar dan tertua di pulau jawa)
Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan pada tahun 1941oleh Koenigswald di Sangiran (Sragen) daerah Surakarta Jawa Tengah.Fosil yang ditemukan adalah berupa rahang atas dan gigi lepas. Manusia ini hidup sezaman dengan Pithecanthropus Mojokertensis namun tingkatan kehidupannya lebih primitif. Dengan metode statigrafi, Fosil Meganthropus Paleojavanicus berada di lapisan puncangan yang diperkirakan berumur + 1-2 juta tahun yang lalu. Ciri-ciri dari manusiapurba Meganthropus Paleojavanicus adalah sebagai berikut : tulang pipi tebal, badan tegap, tonjolan kening mencolok, tida
  1. 1.     Pithecanthropus
Pithecanthropus memiliki ciri-ciri sebagai berikut : hidung besar, tidak berdagu, tonjolan kening tebal melitang sepanjang pelipis.Jenis makanannyaadalah tumbuh-tumbuhan dan daging binatang buruan.Bentuk tubuh dan wajahnya = berbeda dengan manusia sekarang.Tingkat kehidupannya = masih primitif. Hidup dalam kelompok-kelompok dan selalu berpindah-pindah (nomaden).Alat-alat yang digunakan = terbuat dari dari batu kasar (kapak perimbas, kapak genggam dan alat serpih)Tinggi Badan = 165 – 180cm.Volume otak = 750 – 1300 cc dan belum mengenal api. Metode Stratigrafi fosil Pithecanthropus ditemukan di lapisan puncak dan Kabuh. Diperkirakan jenis manusia ini hidup antara 1 juta 600.000, tahun yang lalu. Pada jaman Paleolithikum (jaman batu tua). untuk gigi, rahang besar dan kuat,jenis makanan tunbuh-tunbuhan. 
Adapun jenis –jenis Pithecanthropus antara lain ; 
  1. A.    Pithecanthropus Erektus (Manusia kera berjalan tegak)
Fosil ini ditemukan tahun 1890 oleh Eugene Dobois di desa Trinil ( Ngawi, Jawa Timur). Temuanya  berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, gerakan dan tulang kaki tubuh Pithecanthropus Erektus lebih maju. 
  1. B.    Pithecanthropus Soloensis (Manusia kera dari solo)
Ditemukan pada  tahun 1931 -1933. Oleh Koenigswald dan Oppennorth di daerah Ngandong dan Sangiran. Di tepi bengawan Solo. Hasil temuanya = tulang kering dan tengkorak.

  1. 2.     Homo 
Homo itu manusia yang jenisnya lebih sempurna dan lebih muda di banding kedua manusia purba yang lain. Ciri-cirinya adalah sudah berdagu, tonjolan kening sudah berkurang. Dan tingkat kecerdasanya lebih tinggi di banding  Pithecanthropus. Telah mengenal pertanian dan berladang tapi hidupnya masih berpindah-pindah. Hidup menetap dalam waktu agak lama kira2 tiga waktu masa panen dan berpindah lagi. Alat-alat yang dipakai = batu yang diaasah lebih halus seperti beliung persegi, kapak lonjong dan pemukul kayu. Hidup kira2 =  40.000 tahun yang lalu.cm. Tinggi badan = 130 – 210. Volume otaknya = 1350 – 1450 cc. Kebutuhan makanan =  sudah dihasilkan sendiri (food pruducing).
Adapun jenis jenis manusia Homo yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut : 
  1. Homo Soloensis ( Manusia dari Solo)
Fosil ini ditemukan pada tahun 1931 – 1934 oleh Von Koenigswald dan Wedenreich di desa Ngadong lebah Bengawan Solo. Fosilnya berupa tengkorak menurut penelitian terrnyata Homo Soloensis tingkatanya lebih tinggi di banding Pithecanthropus Erektus. 
2.      Homo Wajakensis
Fosil ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Dobois di desa Wajak( Tulung Agung) Jawa Timur. Fosil yang ditemukan berupa tulang tengkorak, rahang atas dan rahang bawah tulang pah dan tulang kering. Homo Wajakensis  golongan homo Sapiens kelompok manusia purba maju dan terakhir. Dan ini membuktikan bahwa Indonesia sejak 40.000 tahun yang lalu sudah didiami manusia sejenis Homo Sapiens.
 Penutup
Dengan Belajar Luar Kelas kami bisa membuat kesimpulan bahwa Situs Manusia Purba Sangiran berawal ketika pada tahun 1930an seorang antropologis Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosil-fosil manusia purba di Sangiran. Penemuan fosil-fosil dalam penggalian dan penelitian ini menguatkan teori adanya evolusi manusia dari manusia kera hingga menjadi manusia seperti saat ini.
Paling tidak ditemukan fosil dari 5 jenis manusia purba yang berbeda. Penemuan ini sangat mencengangkan dan menjadi kunci utama dalam perkembangan teori evolusi manusia. Sangiran menjadi situs yang menyumbangkan hampir 50% dari penemuan fosil manusia pra sejarah di dunia.
Darwin memang tidak pernah menyebut langsung bahwa “ Manusia berevolusi dari kera” tetapi tidak salah jika sebagian orang menerjemahkan seperti itu. Darwin meyakini bahwa semua mahkluk hidup berasal dari satu sel purba nenek moyang kita dan kemudian berevolusi secara fisik mnuju bentuk yang semakin sempurna artinya bahwa semua mahkluk hidup yang paling sempurna merupakan hasil evolusi dari mahkluk lain. 
Ini yang menjadikan sebuah kontroversi dan tidak bisa diterima oleh semua pihak, karena ada anggapan Bhwa setiap mahkluk hidup adalah spesial diciptakan secara khusus oleh Tuhan dan dengan perlakuan yang istimewa. Dan hingga saat ini teory Darwin atau yang di kenal dengan teory evolusi bisa dibuktikan dengan penemuan-penemuan Fosil purbakala di Sangiran.





LAPORAN BELAJAR LUAR KELAS
MUSIUM SANGIRAN DAN KERATON SURAKARTA

Disusun Oleh       :
NAMA                 :        
NIS                       :        
KELAS                :         VIII  E


SMP NEGERI 2 MANYARAN KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BELAJAR LUAR KELAS STUDI PRA SEJARAH DI SANGIRAN

KELAS VIII E SMP N 2 MANYARAN

Dalam upaya untuk lebih mendalami materi IPS sejarah khususnya tentang kehidupan masa prasejarah, Kelas VIII E SMP N 2 Manyaran pada tanggal 3 November 2013 mengadakan kegiatan Studi Kehidupan Prasejarah dengan lokasi studi di Situs Purbakala Sangiran. Kegiatan yang diikuti oleh 27 siswa/siswi kelas VIII E ini, menurut Bp. Sapto Budi Hendro T,S.Pd, selaku guru IPS sekaligus Pembimbing kegiatan ini, adalah wujud dari konsep pembelajaran kolaboratif karena dalam kegiatan ini juga melibatkan guru Bahasa Jawa yang diwakili Ibu Endang Wijayanti,SS.
Sehingga siswa akan memiliki pengalaman baru yaitu pendalaman materi di sekolah dengan mengunjungi langsung obyek yang terkait dengan materi pelajaran IPS. Dalam kegiatan ini, siswa wajib membuat laporan yang harus dikumpulkan kepada guru IPS, sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan yang telah dilaksanakan. Laporan ini sebagai salah satu penilaian psikomotor siswa dalam bentuk portofolio.
Berangkat dari kampus SMP N 2 Manyaran pukul 07.00 dipimpin oleh Bp.Sunardi,S.Pd, para siswa memulai pengembaraan menyibak misteri yang tersimpan di Situs Sangiran. Perjalanan menuju lokasi merupakan pengalaman yang sungguh luar biasa karena di kanan kiri jalan yang dilewati penuh dengan hamparan persawahan. Setelah melewati proses standar sebelum masuk Sangiran, para siswa dengan dipandu oleh petugas dari Situs Sangiran, mulai menyusuri lorong-demi lorong ruangan Museum Sangiran dan melihat banyak informasi yang berhubungan dengan kehidupan masa prasejarah, khususnya yang ada di Sangiran. Konon, Sangiran adalah pusat kegiatan manusia purba dan biasanya akan menghasilkan banyak peninggalan. Di Sangiran jugalah  Von Koeningswald menemukan fosil Megantropus Paleojavanicus ( Man of Java) tahun 1941, yang menghebohkan dunia karena fosil ini adalah fosil manusia purba tertua di Jawa.
Setelah puas dengan melihat-lihat koleksi Museum Sangiran, para siswa di ajak untuk melihat langsung di lapangan lokasi-lokasi penemuan fosil manusia purba. Di sekitar Museum Sangiran sering sekali ditemukan fosil-fosil purba, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Menurut Bp.Sapto Budi Hendro T,S.Pd, Sangiran dulu adalah daerah laut yang di pinggir-pinggir pantainya bayak dihuni oleh manusia purba. Karena terjadinya proses pengangkatan laut menjadi daratan ( sering  disebut Proses Regresi ), maka jadilah wilayah Sangiran yang sekarang. Bukti bahwa Sangiran adalah lautan bisa terlihat dari banyaknya sampah kerang-kerang laut di sekitar pemukiman penduduk. Sungguh suatu pengalaman yang luar  biasa bagi siswa khususnya untuk pendalaman materi sejarah dan geografi. Semoga dengan kegiatan ini, siswa lebih peduli lagi dengan keberadaan situs-situs sejarah yang ada di sekitarnya sekaligus ikut menjaga keberlangsungannya sebagai warisan bagi generasi berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar