RANGKUMAN
MATERI PTS GASAL
KELAS
VII
A. INTERAKSI ANTAR RUANG
Pengertian
Ruang : Ruang adalah tempat di permukaan bumi, baik secara keseluruhan
maupun hanya sebagian yang digunakan oleh makhluk hidup untuk tinggal.
Pengertian
Antar ruang : Interaksi antarruang adalah
pergerakan orang, barang atau informasi dari satu daerah ke daerah lain atau
dari daerah asal menuju daerah tujuan.
Ada beberapa kondisi
saling bergantung yang diperlukan untuk terjadinya interaksi keruangan yaitu
saling melengkapi (complementarity), kesempatan antara (intervening
opportunity) dan keadaan dapat diserahkan/dipindahkan
(transferability).
Faktor
yang menyebabkan interaksi antar ruang :
1.Adanya
wilayah-wilayah yang saling melengkapi (regional complementary)
2.Adanya kesempatan
untuk berintervensi (intervening opportunity)
3.Adanya kemudahan
transfer atau pemindahan dalam ruang (spatial transfer.
Bentuk
interaksi antar ruang
1. Berdagang dan
bertransaksi Melakukan pertemuan di sebuah pasar dan melakukan transaksi
2. Mengajar dan Belajar
Melakukan pertemuan di sebuah sekolah dan berinteraksi dalam belajar
3. Dialog interaktif di
televisi Melakukan wawancara dan dialog dalam ruang studio.
B. PETA
Peta adalah gambaran
permukaan bumi yang ditampilkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Peta
bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional
yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Istilah peta
berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja.
Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian
permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala
tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga
dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta
mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan
yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.
Syarat-syarat
Peta :
1.
Conform, yaitu bentuk dari sebuah peta
yang digambar serta harus sebangun dengan keadaan asli atau sebenarnya di
wilayah asal atau di lapangan.
2.
Equidistance, yaitu jarak di peta jika
dikalikan dengan skala yang telah di tentukan sesuai dengan jarak di lapangan.
3.
Equivalent, yaitu daerah atau bidang yang
digambar di peta setelah dihitung dengan skalanya, akan sama dengan keadaan
yang ada di lapangan
Peta khusus (peta
tematik), yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/khusus.
Misalnya, peta politik, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran
objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya
Fungsi
Pembuatan Peta
Peta mempunyai beberapa
fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:
1.
menunjukkan posisi atau lokasi relatif
(letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi.
Dengan membaca peta kita dapat mengetahui lokasi relatif suatu wilayah yang
kita lihat.
2.
memperlihatkan atau menggambarkan
bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk benua, atau gunung) sehingga
dimensi dapat terlihat dalam peta,
3.
Bentuk-bentuk benua yang ada di dunia
dapat kita amati pada peta
4.
Bentuk-bentuk permukaan bumi dapat di
amati dari simbol warna yang terlihat berbeda-beda
5.
menyajikan data tentang potensi suatu
daerah, misalnya:
a. Peta
potensi rawan banjir
b. Peta
potensi kekeringan
c. Peta
Potensi Air
d. Peta
Potensi Ikan
6.
memperlihatkan ukuran, karena melalui
peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi. Jarak
sebenarnya 2 lokasi dapat dihitung dengan membandingkan skala petanya.
Tujuan
Pembuatan Peta
membantu suatu
pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan, analisis
data spasial, misalnya perhitungan volume, menyimpan informasi, membantu dalam
pembuatan suatu desain, misal desain jalan, dan komunikasi informasi ruang.
Unsur-unsur
Peta merupakan alat
bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan. Berdasarkan fungsi tersebut
maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan berbagai macam komponen/unsur kelengkapan
yang bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan peta.
Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan pada peta
misalnya adalah:
1.
Judul
Mencerminkan
isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas tengah, atas
kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin diletakkan di kanan atas.
2.
Legenda
Legenda
adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci untuk memahami peta.
3.
Orientasi/tanda arah
Pada
umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta. Letaknya di
tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat sebagai
petunjuk arah.
4.
Skala
Skala
adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan.
Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda.
Skala dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Skala
angka. Misalnya 1: 2.500.000. artinya setiap 1 cm jarak dalam peta sama dengan
25 km satuan jarak sebenarnya.
b. Skala
garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki panjang
tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili jarak tertentu
yang diinginkan oleh pembuat peta.
c. Skala
verbal, yakni skala yang ditulis dengan kata-kata.
5.
Simbol
Simbol
peta adalah tanda atau gambar yang mewakili ketampakan yang ada di permukaan
bumi yang terdapat pada peta ketampakannya, jenis-jenis simbol peta antara
lain:
a. Simbol
titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional
b. Simbol
garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan jarak
c. Simbol
area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol yang mencakup
area tertentu
d. Simbol
aliran, digunakan untuk menyatakan alur atau gerak.
e. Simbol
batang, digunakan untuk menyatakan suatu harga/dibandingkan dengan harga/nilai
lainnya.
f. Simbol
lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam bentuk
persentase.
g. Simbol
bola, digunakan untuk menyatakan volume, makin besar simbol bola menunjukkan
volume semakin besar dan sebaliknya makin kecil simbol bola berarti volume
semakin kecil.
6.
Warna Peta
Warna
peta digunakan untuk membedakan ketampakan atau objek di permukaan bumi,
memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan untuk keperluan estetika
peta. Warna simbol dalam peta terdiri dari 8 warna, yaitu:
a. Warna
hijau
Warna hijau menunjukkan suatu daerah
yang memiliki ketinggian kurang dari 200 m. Biasanya bentuk muka bumi yang
terdapat pada ketinggian < 200 m didominasi olah dataran rendah. Dataran
rendah di Jawa terdapat di sepanjang pantai utara dan pantai selatan.
b. Warna
merah
Warna merah menunjukkan jalan kereta
api/gunung aktif. Warna merah sering dijumpai di peta suatu provinsi.
c. Warna
hijau muda
Warna hijau muda menunjukkan suatu
daerah yang memiliki ketinggian antara 200–400 m di atas permukaan laut. Bentuk
muka bumi yang ada di daerah ini berupa daerah yang landai dengan disertai
bentuk-bentuk muka bumi bergelombang dan bukit. Penyebaran bentuk muka ini
hampir menyeluruh di atas dataran rendah.
d. Warna
kuning
Warna kuning menunjukkan suatu daerah
yang memiliki ketinggian antara 500–1000 m di atas permukaan laut. Bentuk muka
bumi yang ada di daerah ini didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan dan
pegunungan rendah. Penyebaran dari bentuk muka bumi ini berada di bagian
tepi-tengah dari Provinsi Jawa Tengah dan paling luas di sebelah tenggara
Kabupaten Sukoharjo.
e. Warna
cokelat muda
Warna cokelat muda menunjukkan daerah
yang mempunyai ketinggian antara 1000–1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk
muka bumi yang dominan di daerah ini berupa pegunungan sedang disertai gunung-gunung
yang rendah. Penyebaran dari bentuk muka ini berada di bagian tengah dari Jawa
Tengah, seperti di sekitar Bumiayu, Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo,
Salatiga dan Tawangmangu.
f. Warna
cokelat
Warna cokelat menunjukkan daerah yang
mempunyai ketinggian lebih dari 1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk muka
bumi di daerah ini didominasi oleh gunung-gunung yang relatif tinggi.
Penyebaran dari gunung-gunung tersebut sebagian besar di bagian tengah dari
Jawa Tengah.
g. Warna
biru keputihan
Warna biru menunjukkan warna ketampakan
perairan. Warna biru keputihan menunjukkan wilayah perairan yang kedalamannya
kurang dari 200 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh
bentuk lereng yang relatif landai. Zona di wilayah ini disebut dengan zona
neritik. Penyebaran dari zona ini ada di sekitar pantai. Di wilayah perairan
darat warna ini menunjukkan danau atau rawa. Di Wonogiri terdapat Waduk Gajah
Mungkur, di Bawen terdapat Rawa Pening, di sekitar Kebumen terdapat waduk
Wadaslinang dan Sempor dan masih ada beberapa waduk kecil lainnya.
h. Warna
biru muda
Warna biru muda menunjukkan wilayah
perairan laut yang mempunyai kedalaman antara 200–2000 m. Bentuk muka bumi
dasar laut di wilayah ini didominasi oleh bentukan lereng yang relatif terjal.
Wilayah ini merupakan kelanjutan dari zona neritik. Namun wilayah ini tidak
tergambar dalam peta umum.
i.
Warna biru tua
Warna biru tua menunjukkan wilayah perairan laut
dengan kedalaman lebih dari 2000 m. Bentuk muka bumi dasar laut di sekitar
Pulau Bali pada kedalaman > 2000 m sulit untuk diketahui dan tidak bisa
diinterprestasikan dari peta. Namun biasanya bentuk muka bumi pada laut dalam
dapat berupa dataran, lubuk laut, drempel dan palung laut. Bentuk muka bumi
seperti ini juga tidak tergambar dalam peta umum.
7.
Tipe Huruf (Lettering)
Lettering
berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Macam penggunaan
lettering:
a. Objek
Hipsografi ditulis dengan huruf tegak, contoh: Surakarta
b. Objek
Hidrografi ditulis dengan huruf miring, contoh: Laut Jawa
8.
Garis Astronomis
Garis
astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk
menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara berlawanan
arah satu sama lain sehingga membentuk vektor yang menunjukan letak astronomis.
9.
Inset
Inset
adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama. Macam-macam inset antara lain:
a. Inset
penunjuk lokasi, berfungsi menunjukkan letak daerah yang belum dikenali
b. Inset
penjelas, berfungsi untuk memperbesar daerah yang dianggap penting
c. Inset
penyambung, berfungsi untuk menyambung daerah yang terpotong di peta utama
10.
Garis Tepi Peta
Garis
tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk meletakkan garis
astronomis, secara beraturan dan benar pada peta.
11.
Sumber dan Tahun Pembuatan
Sumber
peta adalah referensi dari mana data peta diperoleh.
12.
Garis Lintang dan Garis Bujur
Garis
lintang adalah garis yang melintang dari arah barat - timur atau dari arah
timur - barat. Garis bujur adalah garis yang membujur dari arah utara - selatan
atau selatan - utara.
Jenis
Peta dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu:
1.
Berdasarkan isi data yang disajikan
a.
Peta umum, yakni peta yang menggambarkan
ketampakan bumi, baik fenomena alam atau budaya. Peta umum dibagi menjadi 3
jenis, yaitu:
1) Peta
topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan
reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam
bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan
tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
2) Peta
korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi
yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta korografi adalah
atlas.
3) Peta
dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan
wilayah yang sangat luas.
b.
Peta khusus (peta tematik), yaitu peta
yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/khusus. Misalnya, peta
politik, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata,
peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.
c.
Peta berdasarkan sumbernya (data)
d.
Peta turunan (derived map) yaitu peta
yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak
memerlukan survei langsung ke lapangan.
e.
Peta induk yaitu peta yang dihasilkan
dari survei langsung di lapangan.
2.
Peta berdasarkan bentuk/simetrisnya
a. Peta
datar atau peta dua dimensi, atau peta biasa, atau peta planimetri yaitu peta
yang berbentuk datar dan pembuatannya pada bidang datar seperti kain. Peta ini
digambarkan menggunakan perbedaan warna atau simbol dan lainnya.
b. Peta
timbul atau peta tiga dimensi atau peta stereometri, yaitu peta yang dibuat
hampir sama dan bahkan sama dengan keadaan sebenarnya di muka bumi. Pembuatan
peta timbul dengan menggunakan bayangan 3 dimensi sehingga bentuk–bentuk muka
bumi tampak seperti aslinya.
c. Peta
digital, merupakan peta hasil pengolahan data digital yang tersimpan dalam komputer.
Peta ini dapat disimpan dalam disket atau CD-ROM. Contoh: citra satelit, foto
udara.
d. Peta
garis, yaitu peta yang menyajikan data alam dan ketampakan buatan manusia dalam
bentuk titik, garis, dan luasan.
e. Peta
foto, yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang dilengkapi dengan
garis kontur, nama, dan legenda.
3.
Peta berdasarkan tingkat
skalanya/kedetailannya
a. Peta
skala kadaster/teknik adalah peta yang berskala 1 : 100 - 1 : 5.000[3][4][5]
b. Peta
skala besar adalah peta yang berskala 1 : 5.000 - 1 : 250.000
c. Peta
skala sedang adalah peta yang berskala 1 : 250.000 - 1 : 500.000
d. Peta
skala kecil adalah peta yang berskala 1 : 500.000 - 1 : 1.000.000
C. LETAK WILAYAH INDONESIA
Letak
astronomis Indonesia
Letak berdasarkan letak
astronomis artinya letak berdasarkan titik koordinat yang meliputi garis
lintang dan garis bujur. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak di
antara 6°LU-11°LS dan 95°BT-141°BT. Artinya, berdasarkan letak astronomis
tersebut, Indonesia adalah negara dengan karakteristik iklim tropis.
Letak
Geografis Indonesia
Letak geografis adalah
letak suatu daerah yang dilihat dari kenyataannya di bumi… dan semua tempat,
termasuk Indonesia punya letak geografis.
Letak geografis
menentukan letak posisi suatu daerah dengan daerah yang lain. Apabila dilihat
dari letak geografisnya, Indonesia berada di antara Benua Australia dan Asia,
serta di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Letak geografis
indonesia juga berbatasan dengan negara-negara lainnya seperti berikut:
1.
Sebelah Utara, Indonesia berbatasan
dengan Malaysia, Singapura, dan Filipina
2.
Sebelah Selatan, Indonesia berbatasan
dengan Australia
3.
Sebelah Barat, Indonesia berbatasan
dengan Samudera Hindia
4.
Sebelah Timur, Indonesia berbatasan
dengan Papua Nugini
Dampak
Letak Geografis Indonesia
Indonesia mempunyai
tiga iklim utama yaitu iklim panas (tropis), iklim muson (musim), dan iklim
laut.
1.
Iklim muson terjadi sebab pengaruh angin
musim yang bertiup berganti arah setiap setengah tahun sekali. Angin yang
bertiup berasal dari timur laut dan bersifat kering sehingga menimbulkan musim
kemarau terjadi pada bulan April hingga Oktober. Sementara itu, Angin bertiup
yang berasal dari barat daya dan bersifat basah sehingga menimbulkan terjadinya
musim hujan terjadi pada bulan Oktober hingga April.
2.
Iklim laut terjadi karena kondisi
IndonesIa yang banyak dikelilingi oleh laut dan samudera. Sehingga di
Indonesia, iklim ini menyebabkan lebih banyak mengalami musim penghujan.
3.
Sementara iklim panas atau tropis akan
menyebabkan udara rata-rata yang ada di Indonesia menjadi panas. Hal tersebut
terjadi karena Indonesia adalah negara yang terletak di sekitar garis
khatulistiwa.
letak geografis
Indonesia juga menyebabkan Indonesia memiliki dua musim. Hal ini dipengaruhi
oleh angin musim yang berhembus tiap enam bulan sekali. Selain itu letak
Indonesia yang berada di persilangan lalu lintas dunia membuat Indonesia sangat
ramai dan menguntungkan jika ditinjau dari segi ekonomi.
Kelebihan
dan Kekurangan Letak Geografis Indonesia
beberapa
kelebihan karena letak geografis indonesia:
1.
Indonesia terletak di antara 2 Benua
yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Sehingga indonesia dapat menjalin
hubungan yang baik di negara-negara di benua tersebut.
2.
Begitu banyaknya pulau di Indonesia
membuat Indoensia kaya akan budaya.
3.
Laut yang luas dan garis pantai yang
panjang memungkinkan hasil laut di Indonesia yang kaya seperti ikan, karang,
minyak bumi, dan mineral lainnya.
4.
Indonesia berada di kawasan Tropis,
membuatnya kaya akan hasil hutan sebab ada banyak sekali jenis tanaman dan
mudahnya tumbuhan hidup subur.
5.
Tanah subur di Indonesia menghasilkan
banyak jenis pertanian.
6.
Indonesia menjadi paru-paru dunia karena
wilayah hutan di Indonesia yang luas.
Selain
memiliki kelebihan, letak geografis Indonesia memiliki beberapa kekurangan
sebagai berikut:
1.
berpotensi rusaknya lingkungan fisik
seperti lahan kritis dan abrasi, pencemaran air dan udara.
2.
Munculnya kerusakan lingkungan biotis
seperti ilegal logging, penurunan flora dan fauna, kerusakan sistem pantai,
danau, dan sungai.
3.
kerusakan SDA seperti illegal mining,
illegal fishing, dan eksploitasi berlebihan.
4.
bencana alam gempa bumi, longsor,
tsunami, erosi, banjir, kekeringan, badai dan semacamnya.
5.
kurangnya pengembangan potensi seni dan
budaya lokal dari setiap etnik dan pudarnya ciri kehidupan mulai dari bahasa,
adat istiadat, bangunan rumah, serta tata cara pergaulan.
Letak
Astronomis Indonesia
Letak astronomis adalah
letak suatu daerah berdasarkan posisi garis lintang dan garis bujurnya.
1.
Garis Lintang adalah garis khayal pada peta
atau globe yang sejajar dengan khatulistiwa. Garis lintang ini berdampak pada
iklim suatu negara.
2.
Garis bujur adalah garis khayal pada
peta atau globe yang menghubungkan kutub utara dan kutub selatan bumi. Garis
bujur berdampak pada waktu setempat suatu negara
Nah, jika secara letak
astronomis, Indonesia berada di 6° LU (Lintang Utara) – 11° LS (Lintang
Selatan) dan 95° BT (Bujur Timur) – 141° BT (Bujur Timur).
Dampak
letak astronomis Indonesia
Berdasarkan garis
lintang 6° LU (Lintang Utara) – 11° LS (Lintang Selatan), Indonesia berada di
wilayah dengan iklim tropis yang mempunyai ciri-ciri:
1.
curah hujan yang tinggi
2.
terdapat hutan hujan tropis yang luas
3.
sinar matahari sepanjang tahun
4.
dan, kelembaban udara yang tinggi
Selain itu, Indonesia
berada di garis bujur 95° BT (Bujur Timur) – 141° BT (Bujur Timur). Letak ini
menyebabkan Indonesia memiliki tiga daerah waktu.
1.
Waktu Indonesia bagian Barat (WIB)
Daerah
yang berada di Indonesia bagian barat mempunyai selisih waktu +7 terhadap GMT
(Greenwich Mean Time). Wilayah-wilayahnya antara lain yaitu Sumatera, Jawa,
Madura, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan pulau-pulau kecil di
sekitarnya.
2.
Waktu Indonesia bagian Tengah (WITA)
Wilayah
Indonesia tengah mempunyai selisih waktu +8 terhadap GMT (Greenwich Mean Time).
Wilayah-wilayahnya antara lain yaitu Bali, Nusa Tengara, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Pulau Sulawesi, dan pulau-pulau kecil sekitarnya.
3.
Waktu Indonesia bagian Timur (WIT)
Indonesia
bagian timur mempunyai selisih waktu +9 terhadap GMT (Greenwich Mean Time).
Wilayah-wilayahnya antara lain adalah Kepulauan Maluku, Papua, Papua Barat, dan
pulau-pulau kecil sekitarnya.
Selain itu, letak
Astronomis Indonesia memiliki beberapa pengaruh sebagai berikut:
1.
tidak mempunyai musim dingin yang merepotkan
2.
suhu udara cenderung hangat hingga panas
3.
curah hujan yang cukup tinggi
4.
banyak terdapat hutan hujan tropis.
Hutan hujan tropis adalah kumpulan hutan yang khas dari sebuah lingkungan
beriklim tropis. Hutan hujan tropis merupakan penyumbang oksigen terbesar di
dunia, dan Indonesia menjadi salah satunya.
5.
mempunyai keragaman flora dan fauna yang
bervariasi . Karena letak astronomisnya, Indonesia, yang masuk ke dalam iklim
tropis mempunyai keberagaman flora dan fauna yang dilindungi dan sangat
bervariasi.
6.
Lahan pertanian yang subur. Berada pada
wilayah garis khatulistiwa atau equator, serta memiliki iklim yang tropis,
bukan berarti Indonesia memilki tanah yang cenderung subur dan juga mudah untuk
ditanami.
7.
mempunyai hasil pertanian dan perkebunan
yang dapat membantu perekonomian negara. Ini merupakan dampak lanjutan dari
lahan pertanian yang subur. Dengan adanya lahan pertanian yang subur ini, hasil
pertanian dan juga perkebunan dari Indonesia akan memberikan hasil yang sangat
baik.
8.
menjadi salah satu lokasi wisata yang
populer
Letak
Geologis Indonesia
letak geologis
Indonesia berada di antara dua daratan pegunungan muda, seperti Sirkum
Mediterania dan Pasifik. Pada bagian lempeng diapit oleh wilayah, yakni Lempeng
Asia-Australia, Euresia, dan Pasifik.Sedangkan pada letak geologis Indonesia
bagi menjadi tiga daerah, yakni daerah dangkalan Sunda, dangkalan Sahul, dan
zona Indonesia Tengah (antara dangkalan Sunda dan Sahul).
Keuntungan
Letak negara Indonesia secara Geologis
Berkat letak geologis
Indonesia yang dilalui dua jalur pegunungan di dunia di deretan, tanah di
Indonesia menjadi sangat subur. Letusan gunung api mempengaruhi tingkat
kesuburan tanah. Kesuburan tanah memudahkan penduduk Indonesia untuk bercocok
tanam. Kondisi ini juga akhirnya mempengaruhi mata pencaharian utama penduduk
Indonesia, yakni yang bekerja di sektor agraris atau menjadi petani. Selain
itu, Indonesia juga dikenal akan kekayaan tanahnya. Ada berbagai jenis bahan
pertambangan yang ditemukan di tanah, seperti batu bara, timah, bijih besi,
hingga emas.
Walaupun mendapatkan
keuntungan, letak negara Indonesia secara geologis juga mengakibatkan posisi
Indonesia berada di lokasi yang rawan bencana, seperti gunung meletus hingga
gempa.
Mengapa
Letak Geologis tersebut Mengakibatkan Indonesia Rawan Bencana?
Lokasi Indonesia secara
geologis diapit jalur pegunungan sehingga memiliki banyak gunung berapi di
wilayahnya. Akibatnya gunung-gunung yang aktif dapat sewaktu-waktu mengeluarkan
magmanya. Kemudian, Indonesia juga berada di tiga lempeng Asia-Australia,
Eurasia, dan Pasifik. Hal ini mengakibatkan wilayah tanah Indonesia labil dan
sering terjadi gempa bumi tektonik akibat pergeseran lempeng.
D. KEADAAN ALAM INDONESIA
Dalam buku Ilmu
Pengetahuan Sosial IPS disebutkan keadaan alam wilayah Indonesia terdiri dari
pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, pulau, pantai, sungai, danau, laut,
teluk, tanjung, selat, lembah, dan lainnya. Secara khusus, kondisi alam wilayah
Indonesia yakni memiliki banyak kepulauan.
Sedangkan dilihat dari
musim, ciri khusus alam Indonesia yakni memiliki musim angin muson. Angin muson
adalah angin yang berubah arah setiap setengah tahun. Angin muson terjadi
karena adanya perbedaan pemanasan antara belahan bumi utara (BBU) dan belahan
bumi selatan (BBS)).
Angin muson merupakan
penentu pola iklim dan pola angin di Indonesia. Karena itulah Indonesia terdiri
dari dua musim yakni musim panas dan musim hujan. Musim panas di Indonesia
terjadi pada April hingga Oktober. Musim hujan terjadi pada Desember hingga
Februari.
Nah, letak wilayah
kepulauan Indonesia secara astronimis yakni l6° LU - 11° LS dan 95° BT - 141°
BT. Secara geografis letak wilayah Indonesia berada di antara Benua Asia dan
Benua Australia serta terletak antara 2 samudera yaitu Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia.
Iklim Indonesia secara
keseluruhan adalah iklim tropis. Perairan yang hangat di wilayah Indonesia
sangat berperan dalam menjaga suhu di darat tetap konstan, dengan rerata suhu
28 °C di wilayah pesisir, 26 °C di wilayah pedalaman dan dataran tinggi, serta
23 °C di wilayah pegunungan. Perubahan suhu antarmusim di Indonesia pun tidak
begitu signifikan. Selain itu, perbedaan antara lama waktu siang dan malam pun
tidak terlalu mencolok yakni dengan perbedaan sebesar 48 menit antara waktu
siang terpanjang dan waktu siang terpendek. Oleh karena itu, tetumbuhan dapat
tumbuh sepanjang tahun.
Faktor utama yang
mempengaruhi iklim Indonesia bukan merupakan suhu udara ataupun tekanan udara,
melainkan curah hujan. Rerata kelembapan di wilayah Indonesia berkisar pada
angka 65% hingga 90%. Kecepatan angin di sekitar wilayah Indonesia adalah
sedang dengan arah angin yang dapat diprediksi sebagai akibat pergerakan angin
muson, yaitu angin muson timur yang bertiup dari arah tenggara pada bulan Mei
hingga September dan angin muson barat yang bertiup dari arah barat dan barat
laut pada bulan November hingga Maret.
Terdapat beberapa jenis
iklim yang dimiliki oleh Indonesia, yaitu sebagian besar beriklim hutan hujan
tropis yang mempunyai tingkat presipitasi yang tertinggi, kemudian diikuti
dengan iklim muson tropis, serta iklim sabana tropis yang mempunyai tingkat
presipitasi terendah. Namun, selain iklim-iklim tersebut, Indonesia pun
memiliki iklim laut dan iklim tanah tinggi subtropis di beberapa wilayah
dataran tinggi di Indonesia, umumnya pada ketinggian 1500 hingga 3500 m di atas
permukaan laut. Selain itu, Indonesia juga memiliki iklim tundra yakni di
wilayah pegunungan di Papua.
Muson
Pergerakan angin muson
sangat berpengaruh terhadap intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah
Indonesia. Pada umumnya, angin muson barat yang membawa banyak uap air bergerak
dari arah barat dan barat laut Indonesia pada bulan November hingga Maret,
sehingga terjadilah musim penghujan; angin muson timur yang bersifat kering
bergerak dari arah tenggara Indonesia pada bulan Mei hingga September, sehingga
terjadilah musim kemarau. Akan tetapi, pola angin muson ini juga dapat berubah
sebagai akibat dari adanya pola arah angin lokal, terutama di wilayah kepulauan
Maluku. Pola angin tahunan yang berosilasi ini berkaitan erat dengan posisi
Indonesia yang merupakan isthmus atau tanah genting yang menjadi penghubung
antara dua benua, yakni Asia dan Australia. Pada bulan Oktober hingga Maret,
tekanan udara yang tinggi terjadi di Gurun Gobi dan menyebabkan pergerakan
angin muson dari daratan Asia menuju arah Australia yang bertekanan udara
rendah, karena melewati Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, angin muson ini
membawa banyak uap air, sehingga terjadilah musim penghujan di Indonesia. Pada
bulan April hingga September, tekanan udara yang tinggi terjadi di daratan
Australia dan menyebabkan pergerakan angin muson menuju daratan Asia yang
bertekanan udara rendah, dan angin muson ini bersifat kering dan dingin, sehingga
terjadilah musim kemarau di Indonesia.
Angin
umum
Pola angin umum yang
berinteraksi dengan kondisi topografi lokal menghasilkan variasi curah hujan
yang signifikan di seluruh kepulauan Indonesia. Umumnya, wilayah barat dan
utara Indonesia mengalami tingkat presipitasi yang tinggi, karena wilayah
tersebut merupakan wilayah pertama yang mendapatkan curah hujan akibat angin
muson barat. Hal ini dapat diketahui dari rerata curah hujan sebesar 2000
milimeter per tahun serta tingkat kelembapan yang lebih tinggi di wilayah
Sumatera, bagian barat Jawa, Kalimantan, bagian utara Sulawesi, Maluku Utara,
dan bagian utara Papua. Sementara itu, bagian timur Jawa, kepulauan Nusa
Tenggara, Maluku, serta bagian selatan Papua mengalami tingkat presipitasi yang
lebih rendah yakni dengan rerata curah hujan di bawah 1200 milimeter per tahun.
Suhu
udara
Meskipun perubahan suhu
tidak terlalu signifikan antarmusim di Indonesia, ketinggian permukaan daratan
tetap mempengaruhi perubahan suhu udara yakni penurunan 1,2 derajat celsius
setiap kali naik 100 meter di atas permukaan laut. Oleh karena perubahan suhu
yang disebabkan oleh ketinggian muka daratan, wilayah Pegunungan Jayawijaya
tertutupi oleh salju atau es. Namun, jumlah sebaran es yang menutupi pegunungan
tersebut terus menyusut akibat pemanasan global.
Jenis flora di
Indonesia bagian barat yakni jenis meranti, jenis rotan, sedikit jenis tumbuhan
matoa, terdapat berbagai jenis nangka. Sedangkan flora di bagian timur yakni sedikit
jenis meranti, tidak terdapat jenis rotan, dan terdapat hutan kayu putih, dan
tidak terdapat jenis nangka.
Sedangkan persebaran
fauna di Indonesia, garis Wallace Indonesia membagi fauna Indonesia menjadi
tiga tipe yakni Asiatis, peralihan, dan Australis. Tipe Asiatis berada di
Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Jenis fauna di tipe ini yakni orangutan,
gajah, badak, harimau, dan rusa.
Tipe peralihan berada
di Sulawesi dan Kepulauan Nusa Tenggara bagian Tengah. Jenis fauna di sini
yakni babi rusa, kuda, kuskus, anoa, dan komodo. Sementara tipe Australis,
terdapat di Kepulauan Aru dan Papua. Di sini ditemui Kangguru, Cendrawasih,
Kakatua, Nuri, Kasuari, dan Walabi.
1.Jawa
Gunung Slamet, Sindoro,
Arjuno, Galunggung, Merapi
Lembah Lembah grand canyon,
atau Cukang Taneuh berada di daerah pangandaran, Jawa Barat, Lembah Dieng,
berada di Malang, Jawa Timur, Lembah Cilengkrang, berada di Kabupaten Kuningan,
Jawa Barat, Kaliurang, beradai di kabupaten Sleman, Yogyakarta
Bukit Bukit Sumedang di
Jawa Barat, Bukit Kidul di Jawa Timur, Bukit Candi Abang, Sleman, Yogyakarta,
Bukit Moko, Bandung
Sungai Serayu,
Cisadane, Citarum, Citandui, Brantas, Sunter
Dat Rendah Dataran
rendah Surakarta, Dataran rendah Semarang, dan Dataran rendah Madiun
Pantai Banyutibo, Pelabuhan
Ratu, Pangandaran, Anyer, Sawarna
2.Sumatra
Gunung Kerinci, Leuser,
Dampo, Bandahara, Marapi, Talamau
Lembah Ngarai Sianok,
Lembah Anai, Lembah Harau,
Bukit Bukit
Miinangkabau di Provinsi Sumatera Barat Bukit Kerinci di Provinsi Sumatera
Barat, Dataran Tinggi Rejang di Provinsi Bengkulu, Bukit Lebong di Bengkulu,
Bukit Barisan di Bengkulu
Sungai Asahan, Deli,
Batanghari, Kampar, Rokan, Merangin
Dat Rendah Pantai timur
Sumatera, dataran rendah air manis, dataran rendah kasih, dan dataran rendah cermin
Pantai Lampuuk, Air
Manis, Rupat, Tanjung Tinggi, Tapak Tuan
3.Kalimantan
Gunung Bukit Raya,
Liangpran, Menyapa, Halau-halau, Latuk
Lembah Lembah Sungai
Gedang (Kapuas), Lembah Danum, Lembah
Kahung, dan Lembah Barito
Bukit Batu Dinding,
Bukit Lintang, Bukit Kelam, Bukit Baka, Bukit Tekenang Danau Sentarum
Sungai Kapuas, Melawi,
Kahayan, Barito, Mahakam, Kayan
Dat Rendah Gataran
Rendah Pangkalabun, Kulau Kapuas dan Kulau Pembuang, Ketapang, dan Telukmelano
Pantai Pantai Angsana,
Pantai Kemala, Pantai Melawai, dan Pantai Derawan.
4.Sulawesi
Gunung Bawakaraeng,
Klabat, Soputan, Lotimojong, Mahawu
Lembah Lembah Bada,
Lembah Ramma, dan Lmbah Megalitikum Besoa
Bukit Bukit Luwu,
Bone, Barui, Dataran Tinggi Waji,
Dataran Tinggi Penreng, dan Dataran Tinggi Bingkoku
Sungai Bila, Jenberang,
Palu, Poso, Konoweha, Lariang, Walane
Dat Rendah Dataran
rendah Maros, Barrum Pangkep, Bulukumba, Selayar, Bantaeng, Jeneponto, Gowa,
dan Ujungpandang
Pantai Tanjung Bira
Bulukumba, Pantai Apparalang, Pantai Losari Makassar, Pantai Selayar Pulau
Selayar, Pantai Akkarena Makassar, Pantai Panrang Luhu Bira, dan Pantai
Marumasa.
5.Papua
Gunung Irau, Mebo,
Umsini, Bijih, Dafonsoro, Puncak Jaya
Lembah Lembah Baliem,
Lembah Kaputo, dan Lembah surghi
Bukit Bukit Karang, Nit
Arfak, Bukit Kobre, Bukit Teletubis
Sungai Digul. Membramo,
Undir, Bian, Maro, Tariku
Dat Rendah Dataran rendah Pesisir bagian selatan Papua,
Pesisir Arafura, Pesisir Trans-Fly,
Pesisir Teluk Papua, dan Pesisir barat laut Papua
Pantai Pantai Triton,
Teluk Venue, Pantai Yen Beba, Pantai Bakaro, Pantai Kaironi, Pantai Pulau Um.
6.Kepulauan Maluku
Gunung Binaia,
Gamkonora, Gamalama, G. Api Banda. Dukono
Lembah Lembah Argo,
Lembah Alliamato, Lembah Waeapo
Bukit Bukit Durian,
Bukit Foramadiahi, Bukit Tidore
Sungai Sungai Apu,
Sungai Castelo, Sungai Marikrubu, Sungai Masiulang, Sungai Ruate, Sungai
Sapatewa, Sungai Sapulawa, Sungai Sarafo, Sungai Togorala, Sungai Yalua
Dat Rendah Dataran
rendah di wilayah Ambon, Maluku Utara, Pulau Kei kecil, dan Pulau Seram bagian
timur
Pantai Pantai Ora,
Pantai Ngurbloat, Natsepa, Jikumerasa
7.Pulau Bali
Gunung Agung, Batur,
Abang, Adeng, Batukaru, Merbuk
Lembah Lembah Pantunan,
Lembah Tukad Melangit
Bukit Bukit Asah, Bukit
Cinta, Bukit Jambul, Bukit Belong
Sungai Ayung, Balangan,
Tikad Buleleng, Pangi, Pakerisan
Dat Rendah Badung,
Tabanan, Gianyar, Buleleng, Batur, dan Buyan
Pantai Kuta, Sanur,
Jimbaran, Tanah lot, Pandawa, Nusa Dua
8.Kepulauan Nusa
Tenggara
Gunung Kelimutu,
Rinjani, Tambora, Egon, Lewotolo, Rokatenda
Lembah Bola Palelo,
Jarebuu, Lembah Rinjani, Lembah Paundoa, Lembah Hijau Lombok
Bukit Batu Hidung,
Bukit Mandoo, Bukit Marese, Bukit Pengasingan
Sungai Kambaniru,
Aesesa, Wera, Wajalu, Benanain, Putih
Dat Rendah Terdapat
sepanjang pantai Utara dan Barat mulai dari Jereweh di pantai barat, Taliwang,
Seteluk, Alas, Utan, Sumbawa Besar, Moyo Hilir, Lape, Lopok, Plampang, dan
Empang
Pantai Sengigigi, Gili
Trawangan, Sekotong, Pantai Koka
Dataran
rendah
Dataran rendah adalah
hamparan luas tanah dengan tingkat ketinggian yang di ukur dari permukaan laut
adalah relatif rendah (sampai dengan 200 m dpl). Istilah ini diterapkan pada
kawasan manapun dengan hamparan yang luas dan relatif datar yang berlawanan
dengan dataran tinggi. Suhu udara di dataran rendah, khususnya untuk wilayah
Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai dengan 28 derajat Celsius
sepanjang tahun. Dataran rendah merupakan wilayah yang sering dijadikan tempat
tinggal bagi sebagian masyarakat Indonesia, karena suhu di dataran rendah cukup
nyaman karena tidak terlalu dingin seperti di dataran tinggi, dan tidak terlalu
panas seperti di pesisir.
Gunung
berapi
Gunung berapi atau gunung
api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari
kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi,
termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Gunung berapi di Bumi
terbentuk dikarenakan keraknya terpecah menjadi 17 lempeng tektonik utama yang
kaku yang mengambang di atas lapisan mantel yang lebih panas dan lunak. Oleh
karena itu, gunung berapi di Bumi sering ditemukan di batas divergen dan
konvergen dari lempeng tektonik. Gunung berapi biasanya tidak terbentuk di
wilayah dua lempeng tektonik bergeser satu sama lain.
Bahaya dari debu
vulkanik adalah terhadap penerbangan khususnya pesawat jet karena debu tersebut
dapat merusak turbin dari mesin jet. Letusan besar dapat mempengaruhi suhu
dikarenakan asap dan butiran asam sulfat yang dimuntahkan letusan dapat
menghalangi matahari dan mendinginkan bagian bawah atmosfer bumi seperti
troposfer, tetapi material tersebut juga dapat menyerap panas yang dipancarkan
dari bumi sehingga memanaskan stratosfer.
Lebih lanjut, istilah
"gunung api" juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice
volcano (gunung api es) dan mud volcano (gunung api lumpur). Gunung api es
biasa terjadi di daerah garis lintang tinggi yang mempunyai musim dingin
bersalju.
Gunung berapi terdapat
di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah
gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring
of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua
lempengan tektonik dan lebih, dimana Lempeng Pasifik saling bergesek dengan
lempeng-lempeng tetangganya.
Gunung berapi dapat
dijumpai dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang
aktif mungkin berubah fase menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati. Namun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu
yang sangat lama, lebih dari ribuan tahun sebelum berubah menjadi aktif
kembali.
Letusan gunung berapi
terjadi apabila magma naik melintasi kerak bumi dan muncul di atas permukaan.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magma di
bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lava, dimana lava ini dapat berubah
menjadi lahar setelah mengalir dan bercampur dengan material-material di
permukaan bumi. Selain dari aliran lava, kehancuran yang disebabkan oleh
letusan gunung berapi.
Ilmu yang mempelajari
gunung berapi dinamakan Vulkanologi, dimana ilmu ini mempelajari letusan gunung
berapi untuk tujuan memperkirakan kemungkinan letusan yang bisa terjadi dari
suatu gunung berapi, sehingga dampak negatif letusan gunung berapi dapat
ditekan.
Skema
peringatan gunung berapi di Indonesia
Tingkatan status gunung
berapi di Indonesia menurut Badan Geologi Kementerian ESDM
Status |
Makna |
Tindakan |
AWAS |
Menandakan
gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang
menimbulkan bencana Letusan
pembukaan dimulai dengan abu dan asap Letusan
berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam |
Wilayah yang terancam bahaya
direkomendasikan untuk dikosongkan Koordinasi dilakukan secara harian Piket penuh |
SIAGA |
Menandakan
gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana Peningkatan
intensif kegiatan seismic Semua data
menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju
pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana Jika tren
peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu |
Sosialisasi di wilayah terancam Penyiapan sarana darurat Koordinasi harian Piket penuh |
WASPADA |
Ada aktivitas
apa pun bentuknya Terdapat
kenaikan aktivitas di atas level normal Peningkatan
aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya Sedikit
perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan
hidrotermal |
Penyuluhan/sosialisasi Penilaian bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan piket terbatas |
NORMAL |
Tidak ada
gejala aktivitas tekanan magma |
Level aktivitas dasar |